Kamis, 12 November 2009

Kontroversi Peci

Cibubur, Jum'at, 131109

Kontroversi Peci

Oleh: Mohamad Istihori

Mat Semplur yang hari-hari biasanya tidak pernah memakai peci, kini terlihat selalu memakai peci ke mana pun ia pergi. Melihat kelakuannya yang "janggal" itu Kiai Jihad bertanya, "Plur kenapa tiba-tiba ente make peci kemana-mana? Tumben banget sih lu?"

Mendengar pertanyaan gurunya itu, Mat Semplur menjawab, "Saya ini orang yang sangat lemah iman guru. Kalau saya tidak memakai peci ke mana-mana niscaya saya tidak akan kuat menghadapi keadaan zaman sekarang."

"Lalu apa hubungannya peci dengan iman yang lemah?"

"Iya setidaknya kan kalau kita make peci akan ada tanggung jawab moral yang otomatis akan tertanam dalam diri kita. Jadi kalau mau maksiat malu gitu loh. Masa udah pake peci masih doyan maksiat aja."

"Nggak baik Plur beragama hanya secara formalitas."

"Bagi orang yang sudah kuat imannya tidak akan masalah ia akan berpakaian seperti apa pun. Asalkan menutup aurat. Tapi bagi saya, sebagai pemula dan orang yang baru belajar Islam sangat membutuhkan peci untuk menjaga saya dari perbuatan maksiat."

"Iya udah nggak apa-apa asalkan niat kamu make peci seperti itu nggak jadi masalah."

"Loh emangnya ada Pak Kiai, orang yang pake peci yang menimbulkan masalah?"

"Iya sangat banyak Plur. Di antaranya, peci menjadi masalah ketika ia menjadi ukuran iman seseorang.

Peci menjadi masalah ketika orang yang pengen dihormati, mendapat jabatan, pengen dipanggil Ustadz padahal kelakuan kayak bangsat pake peci.

Mereka menjadikan peci hanya sebagai topeng agama yang mereka harapkan bisa mengelabui umat dan jama'ahnya.

Makanya kamu harus bisa ngebedain dong antara agama dengan budaya!"

"Maksud Pak Kiai apa?" tanya Semplur penasaran.

"Iya kalau budaya itu adalah hasil karya manusia untuk bisa mendekatkan diri pada Tuhannya. Sedangkan agama adalah nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang langsung turun dari Tuhan yang sudah pasti kebenarannya." jelas Kiai Jihad.

"Lalu peci itu budaya apa agama Pak Kiai?"

"Iya jelas budaya lah. Peci itu sebagaimana sholawatan, wirid setelah sholat, dan berbagai produk akal dan hati manusia yang dipakai oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jadi silahkan saja kamu sholawatan, pake peci ke mana pun kamu pergi, atau kamu wirid setelah sholat asalkan tanamkan dalam dirimu bahwa semua itu hanya produk budaya manusia.

Sehingga tidak ada jaminan orang yang selalu sholawatan, senantiasa berpeci, atau berserban adalah orang memahami agama dan dekat dengan Tuhan." ujar Kiai Jihad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar