Selasa, 10 November 2009

Orang-orang yang Sombong

Tafsir Jalalain: hal. 77 (Surat an Nisa: 37)

Cibubur, Jum'at, 061109

Orang-orang yang Sombong

Oleh: Mohamad Istihori

Teman-teman Jama'ah Fesbukiyah yang dimuliakan oleh Allah SWT marilah kita lanjutkan pengajian Tafsir Jalalain kita yang masih membahas halaman 77 surat an Nisa ayat 37.

"Kok panjang banget dari kemarin masih aja membahas halaman 77? Kok nggak pindah-pindah sih?"

"Lah iya lah namanya juga tadarusan. Kalau tadarusan itu bukan ngejar khatamnya sebagaimana yang biasa kita lakukan selama ini terutama di bulan Ramadhan. Yang dikejar dalam tadarusan itu penyelaman, pemahaman, dan pembahasan dari firman Tuhan."

Allah SWT berfirman dalam surat an Nisa ayat 37:"Alladziina yabkholuuna wa ya-muruunan naasa bil bukhli wa yaktumuuna maa aataahumullahu ming fadhlihi wa a'tadnaa lil kaafiriina 'adzaabam muhiinaa.

"Orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang bakhil, menyuruh manusia untuk bakhil, dan menyembunyikan segala yang telah Allah berikan kepada mereka dari keutamaan Allah. Dan, Kami ancam bagi orang-orang kafir dengan azab yang menghinakan."

Menurut sebagian penafsiran, surat an Nisa ayat 37 ini merupakan sambungan dari ayat sebelumnya (surat an Nisa ayat 36).

Jika kita me-review sejenak, pada akhir ayat 36 Allah berfirman, "Innallaha laa yuhibbu mang kaana mukhtaalang fakhuuroo." Melalui ayat 36 maka ini akan timbul pertanyaan, "Siapakah orang yang tidak disukai, tidak dicintai, atau dibenci oleh Allah dan termasuk orang-orang yang sombong itu?"

Sedangkan menurut penafsiran lain, ayat 37 surat an Nisa ini merupakan ayat yang membahas permasalahan baru dengan memposisikan awal ayatnya sebagai mubtada.

Nah penulis pun akhirnya memilih bahwa ayat ini memiliki sambungan dengan ayat sebelumnya. Maka sekarang pertanyaan kunci berikutnya adalah, "Siapa saja kah orang-orang yang termasuk orang yang dibenci Allah lagi sombong itu?"

Pertama, al ladziina yabkholuuna, orang-orang yang bakhil, pelit, medit, atau "buntut gasiran".

"Pelit terhadap apa?"

Dalam Tafsir Jalalain (TJ) diterangkan, bimaa yajibu 'alaihim, mereka itu pelit-koret terhadap apa-apa yang telah Allah wajibkan kepada mereka.

Istilah bakhil biasanya dipakai untuk orang yang hanya pelit terhadap harta saja. Sedangkan kalau seseorang itu pelit dalam segala hal diistilahkan dengan sukhkhun.

Kedua, yang termasuk orang sombong juga adalah wa ya-muruunan naasa bil bukhli, nyuruh orang lain agar pelit.

Secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar kita sebagai orang tua kadang mengajak bahkan sampai mengajarkan anak kita sendiri untuk menjadi orang yang bakhil.

Ketika anak kita memberikan bantuan kepada orang yang memang membutuhkan pertolongannya kita kerap berkata, "Kamu ngapain sih bantuin dia? Cuma nyusahin diri kamu sendiri aja tahu."

KH. Yana Jihadul Hidayah menceritakan, pada zaman dulu, pada masyarakat Yahudi (Bani Israil) hiduplah seorang anak perempuan yang sangat cantik dari orang tua yang sangat kaya raya.

Suatu hari datanglah kepada sang anak perempuan itu, seorang miskin papa yang meminta belas kasihan darinya agar berkenan memberikan "sesuap nasi".

"Mbak tolong saya. Saya udah beberapa hari nih nggak makan." pinta peminta-minta itu.

Karena tidak tega dan iba, maka si anak perempuan itu pun langsung memberikan roti kepada si pengemis itu.

"Terima kasih banget mbak udah mau berbaik hati sama saya." ujar si pemuda.

"Iya sama-sama." balas si pemudi.

Begitu pengemis muda itu pergi, sang ayah langsung naik pitam melihat anaknya telah "salah mengalokasikan dana". Tanpa "ba-bi-bu" dan nggak pake basa-basi, si bapak langsung memotong tangan kanan anak perempuannya itu.

Zaman berganti. Ibarat roda pedati, nasib orang itu pasti berganti. Yang dulu kaya raya, sekarang miskin papa. Yang dulu miskin dan bangsak, kini kayanya bukan main.

Begitu juga yang terjadi dengan si perempuan kaya dan pengemis itu. Si perempuan beserta keluarga kini menjadi miskin. Bahkan sang ayah, yang dulu bakhil dengan kekayaannya mati dalam keadaan miskin.

Sang anak perempuan pun dengan sangat terpaksa akhirnya menjadi pengemis untuk sekedar bertahan hidup. Singkat cerita, tibalah si anak perempuan ini di sebuah rumah mewah milik orang kaya.

Begitu mengetuk pintu ia pun disambut hangat oleh tua rumah yang merupakan ibu dari pemilik rumah mewah tersebut. Dengan belas iba dan kasih si ibu berkata dalam hatinya, "Duh kasian banget nih bocah. Cantik-cantik tapi sayang jadi pengemis. Ada baiknya saya ambil menantu aja."

Akhirnya si pengemis cantik itu pun menikah dengan pemuda kaya raya itu. Karena pada waktu itu wanita dewasa semua memakai cadar maka pemuda itu tidak tahu bahwa wanita pengemis yang ia nikahi kini merupakan yang dulu anak orang kaya yang telah membantunya sampai si perempuan itu dipotong tangan oleh ayahnya sendiri yang ketika masih hidup terkenal sangat bakhil di tempat itu.

Ketika keluarga besar ini makan malam, saat seorang pembantu rumah mewah itu menawarkan makanan kepada si perempuan, ia tidak menerimanya dengan tangan kanan sebagaimana mestinya. Ia malah menerimanya dengan tangan kirinya.

Si ibu dalam hatinya bertanya-tanya, "Ini kok makan dan menerima makanannya pake tangan kiri bukan pake tangan kanan." Akhirnya sang ibu memberanikan diri untuk berkata kepada menantunya itu, "Ukrujii yadakil yumna!" (Keluarkanlah tangan kananmu!).

Si menantu perempuan pun kelimpungan. Dia sangat kebingungan dan tentu saja sangat malu kalau ketahuan bahwa tangan kanannya buntung. Dalam keadaan "terdesak" itulah kemudian malaikat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar