Senin, 30 November 2009

Naza, Zina, dan Judi

CBS, Sabtu, 071109

Naza, Zina, dan Judi

Oleh: Mohamad Istihori

Orang itu kalau punya banyak duit ada aja godaan, cobaan, dan ujiannya. Siapa bilang punya duit banyak itu enak?

Di antara banyaknya ujian orang yang punya duit ada tiga yang utama: pertama naza. Kedua zina. Dan, yang ketiga judi.

Di antara orang berharta pernah bilang pada saya, "Iya masih mending gua mah main cewek (suka zina) tapi kan nggak pake naza. Nggak pernah ngeganja, make shabu-shabu. Jangankan barang yang menjijikan seperti itu ngerokok aja gua mah amit-amit".

Yang lainnya berkata, "Gua akui gua emang junkie tapi gua setia ama istri gua. Gua sangat sayang sama dia. Sampe-sampe meski pun mampu gua mah nggak sampe tuh yang namanya poligami."

Yang terakhir ngomong, "Gua emang seneng judi. Tapi kan kalau menang hasilnya gua shodaqohin untuk panitia pembangunan masjid, ke panitia qurban, atau pondok pesantren di dekat rumah gua."

Tidak ada sedikit pun kebenaran dari perkataan di atas. Yang ada cuma pembenaran atas dosa yang mereka lakukan. Mereka cuma nyari-nyari alesan doang untuk mengurangi rasa bersalah yang berkecamuk di dalam hati mereka.

Kalau kita pandai mensyukuri dan tahu pasti bahwa duit itu bukan milik kita tapi cuma sekedar titipan semata dari Zat Yang Maha Kaya maka punya duit sebanyak apapun akan bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan hidup yang hakiki.

Tapi salah-salah kita dalam menyikapi limpahan duit itu maka hal tersebut hanya akan mencelakakan kita. Itu sama saja menggali lubang kuburan kita sendiri atau sama saja memerosokkan diri kita sendiri ke dalam jurang kenistaan serta kehancuran.

Tapi justru hal itulah yang kita kejar siang dan malam. Kita perjuangkan mati-matian. Bahkan banyak yang mengabaikan nilai-nilai halal dan haram. Pokoknya hajar bleh!

Selagi masih ada kesempatan, punya peluang, dan proyek embat aja. Jangan sedikit pun dan jangan sekali-kali bicarakan Tuhan kalau soal nyari duit karena kalau hal itu kita lakukan hanya akan merepotkan usaha kita saja.

Untungnya Tuhan nggak berisik dan enggan cerewet. Yang harus kita Tuhan kan sekarang kan orang tua, suami-istri, majikan, atasan, bos, atau anak-anak. Dan, terutama lagi adalah diri kita sendiri.

Karena pada kenyataannya justru merekalah yang banyak nuntutnya. Tuntutan dan tuntunan Tuhan mah nomor dua saja. Bahkan abaikan aje. Kenyataan memang kerap menggoyahkan keyakinan.

Sebenarnya nggak salah-salah banget sih kalau dalam dunia ini manusia bekerja cari duit untuk menafkahkan anak-istri dan ngebahagiain keluarga. Yang keliru dalam mayoritas gaya berpikir masyarakat kita sekarang adalah kurang kepedulian untuk lebih melibatkan Tuhan dalam usahanya.

Dan pada akhirnya mereka merasa kalau berhasil itu terutama atas kepandaian dan kerja keras mereka. Tuhan mah nggak ada jasanya sedikit pun.

Tapi begitu gagal barulah Tuhan kita salahkan dan kita komplen. "Duh Tuhan kok tega banget. Saya udah usaha abis-abisan kayak gini tapi kok hasilnya segini-gini aja."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar