Kamis, 12 November 2009

Tuhan Isa atau Tuhan Adam?

Tafsir Jalalain: Hal. 53

Cibubur, Rabu, 111109

Tuhan Isa atau Tuhan Adam?

Oleh: Mohamad Istihori

Allah SWT berfirman, "Inna matsala 'Iisa 'indallahi kamatsali Aadam. Kholaqohu min turoobin tsumma qoola lahu kun fayakuun. Al haqqu mir robbika falaa takum minal mumtariin."

Artinya: "Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah itu seperti Adam. Allah telah menciptakan Isa dari tanah kemudian Ia berkata: 'Jadi!'. Maka jadilah. Kebenaran itu bersumber dari Tuhanmu. Maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu."

Kalau ada pihak yang menjadikan Isa sebagai Tuhan karena ia lahir tanpa seorang ayah, maka sebenarnya yang lebih berhak untuk dituhankan adalah Adam.

"Mengapa?"

Iya karena kalau Isa itu masih ada ibu. Masih ada lahan di mana janin ditanam yaitu rahim. Tapi kalau Adam lebih "aneh". Adam hadir ke alam tanpa ada perantara ibu dan bapak. Maka sebenarnya secara logika aja yang lebih "dahsyat" itu sebenarnya Adam.

"Mengapa juga kok Adam disamain sama Isa? Kan beda! Kalau Isa itu jelasa ada ibunya meski tidak punya bapak. Tapi kalau Adam kan emang nggak punya bapak dan ibu?"

Hal ini memang disengaja. Sebagaimana alasan yang telah penulis ungkapkan. Kalau ada orang yang aneh dengan Isa yang lahir tanpa bapak dengan hanya ada ibu sehingga dengan alasan itu orang menuhankan Isa, kan ada yang asyaddu ghoriiban (ada yang lebih aneh lagi) yaitu Adam yang hadir tanpa ada perantara ibu dan bapak.

Semestinya, logikanyakan Adam dong yang lebih berhak mereka Tuhan-kan dari pada Isa. Makanya biar nggak ragu dan nggak nanggung jadikanlah zat yang menciptakan Adam dan Isa sebagai Tuhan. Biar tidak ada lagi keraguaan dalam beragama.

Maka di akhir firman-Nya Allah berujar, al haqqu mir robbika falaa takum minal mumtariin. (Kebenaran itu bersumber dari Tuhanmu maka janganlah sekali-kali kamu termasuk menjadi orang-orang yang ragu).

Keyakinan tanpa alasan rasional yang kuat adalah keraguan. Meskipun dalam mengenal Tuhan lebih mendalam kita tidak bisa selalu mengandalkan akal kita yang penuh dengan segala keterbatasan ini.

Tapi setidaknya kita bisa memaksimalkan fungsi akal kita untuk mendekati kebenaran dan mengenal Tuhan melalui apa saja yang bisa kita pelajari. Baik melalui kitab-kitab suci-Nya yang belum diubah oleh manusia, melalui alam sekitar, tumbuhan, hewan, manusia, dan makhluk halus Allah lainnya.

Keyakinan yang dipaksakan apalagi dihasilkan dari ancaman dan perang hanya akan menambah keraguan dan kebimbangan hati orang-orang yang meyakininya.

Keyakinan sejati adalah keyakinan yang benar-benar kepada kebenaran hakiki. Orang yang pegangan hidupnya kuat tidak akan mencla-mencle, nggak bakal kebingungan dalam menjalani kehidupan, dan tidak akan mudah terpengaruh oleh perubahan zaman kecuali yang sesuai dengan nilai dan moral agama sejati.

So silahkan carilah Tuhan yang sebenar-benarnya pantas untuk kita Tuhan-kan. Jangan menuhankan makhluk dan jangan memakhlukkan Tuhan. Sungguh-sungguh dan teruslah berlajar dalam agama yang kini kita yakini maka kita akan bertemu Tuhan yang sesungguhnya. Goog luck! Ma'an najah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar