Minggu, 01 November 2009

Orang Tua, Harta, dan Cinta

Cibubur, Ahad, 011109

Orang Tua, Harta, dan Cinta

Oleh: Mohamad Istihori

"Cinta..Cinta..Cinta.." Seorang gadis bersenandung sebuah lagu yang berjudul "Lakukanlah dengan Cinta". Ibunya yang mendengar lantunan lagu anak gadisnya itu langsung nimpalin, "Cinta..Cinta..Cinta...Apa itu cinta? Lebih baik kamu ganti aja syair lagunya menjadi, 'Harta..Harta..Harta.."

"Loh kok gitu bu?" tanya anak gadisnya itu.

"Iya kalo dengan cinta kamu nggak bakal ada yang bisa jamin akan bahagia. Tapi kalo dengan harta kamu dijamin bahagia. Kalo nggak di akhirat sana, iya minimal kan di dunia." ujar sang ibu dengan penuh keyakinan.

Sang ibu melanjutkan keyakinannya itu, "Sekarang mah udah nggak zaman cinta. Sekarang zamannya harta. Makanya nanti kalau cari suami jangan modal cinta doang. Emang elu mau kasih makan anak-anak lu pake cinta doang?"

"Tapi kan nggak asyik bu kalo kita berumah tangga dengan orang yang nggak kita cintai." sanggah sang gadis.

"Loh emang lu mau hidup sengsara bersama pria miskin?"

"Iya siapa sih bu orang yang mau hidup miskin. Tapi kalo udah cinta mau miskin kek, mau kaya kek, kan yang penting kita bahagia."

"Elu ama orang tua ngelawan aja sih bisanya!" sang ibu mulai naik pitam berdebat dengan anaknya sendiri.

Sang bapak yang dari tadi asyik baca koran mulai merespon, "Ada apa ini kok pagi-pagi udah pada ribut?"

"Ini pak anaknya. Coba, masa dia lebih memilih hidup dengan orang miskin yang ia cintai daripada hidup dengan orang kaya meski tidak ia cintai" kata sang ibu.

Sang bapak mencoba menengahi, "Iya idealnya sih kamu dapat jodoh yang kaya dan yang mencintai dan kamu cintai."

"Iya lagian siapa sih pak orang yang mau hidup kekurangan harta." sang gadis mengulang kembali argumentasinya.

Kemudian ia melanjutkan, "Tapi kalau memang harus memilih saya kan bilang lebih baik kita hidup kekurangan tapi bersama orang yang kita cintai daripada hidup dengan orang kayak tapi cuma makan hati saja."

"Alah dasar anak zaman sekarang susah kalo dibilangin sama orang tua. Iya udah terserah lu aja deh. Yang penting gua kagak ridho, kagak ikhlas kalo lu sampe nikah sama lelaki miskin sebesar apapun cinta lu padanya." ujar sang ibu.

Sang bapak hanya terdiam. Tatapannya menerawang ke masa lalu ketika ia masih pacaran sama istrinya. Ia dulu juga adalah orang yang sangat miskin. Tapi justru setelah menikah lah Allah justru melimpahkan kekayaan kepadanya.

Maka ia pun berbisik kepada anaknya, "Anakku yang cantik emang siapa sih cowok yang kamu cintai sekarang?"

"Emang kenapa pak?"

"Bapak cuma pengen tahu aja kok."

"Apakah bapak juga berpikir sama seperti ibu?"

"Tidak. Bagi bapak yang lebih utama adalah kebahagiaanmu. Bapak juga sebelum menikah dengan ibumu adalah orang yang miskin.

Tapi memang nasib orang di masa depan tidak akan ada yang tahu. Asalkan kekasihmu itu adalah lelaki yang bertanggung jawab maka bapak akan selalu mendukungmu."

"Lalu bagaimana pak dengan ibu?"

"Ibumu berpikiran seperti itu karena ia tidak mau apa yang ia alami dulu juga dialami oleh kamu. Semoga saja Allah membuka pintu hatinya agar tidak lagi membeda-bedakan manusia berdasarkan status sosialnya."

"Saya juga sangat berharap agar ibu juga seperti itu pak."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar