Rabu, 28 Oktober 2009

Dan, Langit serta Bumi pun Terbelah

CBR,Senin,261009
Dan, Langit serta Bumi pun Terbelah
Oleh: Mohamad Istihori
Surat al Insyiqaq (Surat ke-84):

1. Idzas samaa-un syaqqot. (Apabila langit terbelah).

Lafadz idzaa memiliki 2 makna skaligus.Pertama,"apabila".Dan, kedua, "pasti". Maka sesuai dengan kedua makna tersebut maksud ayat di atas adl langit pasti terbelah.

Namun tdk ada jawabn dr"sumpah" ini. Hal tsb sengaja agar manusia membayangkan sendiri bagaimana keadaan ketika langit terbelah dan bumi rata oleh tanah.

Atau dengan kata lain, agar manusia bisa memperkirakan sendiri apa kira-kira yang terjadi ketika itu.

2. Wa adzinat lirobbihaa wa huqqot. (Dan, patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh).

Lafadz adzinat berasal dari udzun (telinga). Artinya adalah mendengarkan dan patuh akan perintah Tuhan. Bisa juga diartikan rela dan pasrah akan kehendak-Nya.

Itulah bedanya antara langit dan bumi dengan manusia. Langit dan bumi sangat patuh terhadap ketentuan Tuhan. Sedangkan manusia suka keluh kesah terhadap ketentuan Allah SWT.

Dalam al Quran atau Hadits kerap menggambarkan seakan-akan makhluk-makhluk seperti langit dan bumi yang tak bernyawa itu seperti makhluk yang bernyawa.

Itu artinya mereka juga membutuhkan pemeliharaan, perawatan, dan perhatian dari manusia. Kalau manusia merusak mereka maka suatu hari akibatnya manusia sendiri jua yang akan merasakannya.

3. Wa idzal ardhu muddat. (Dan, apabila bumi diratakan/dibentangkan).

Digambarkan oleh Quraish Shihab, bumi itu ibarat karpet. Kalau karpet itu ada "jendolan-jendolannya" maka karpet itu akan dibentangkan agar rata. Begitu juga dengan bumi yang dihamparkan ini akan dibentangkan oleh Allah sampai benar-benar rata.

4. Wa alqot maa fiihaa wa takhollat. (Dan, memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong).

5. Wa adzinat lirobbihaa wa huqqot. (Dan, patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh).

6. Yaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa robbika kadhan famulaaqiih. (Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya).

Lafadz "kaadihun" makna asalnya adalah orang yang bekerja sampai tangannya lecet. Artinya ia bekerja keras dan sungguh-sungguh.

Ada dua pendapat mengenai dhomir (kata ganti) yang terdapat pada kalimat "famulaaqiih". Pendapat pertama mengatakan bahwa kembalinya dhomir pada kalimat tersebut adalah kepada Allah SWT sebagaimana terjemahan di atas.

Pendapat kedua mengatakan bahwa kembalinya dhomir pada kalimat tersebut adalah kepada hasil kerja keras manusia. Maka menurut qoul ini arti ayat keenam adalah "Hai manusia, sesunggguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui hasil dari kerja kerasmu itu."

Manusia itu sebenarnya memiliki daya/kekuatan. Karena kita adalah makhluk Allah yang sangat mulia yang diberikan kedewasaan, akal pikiran, dan hati nurani untuk memilih.

Berbeda dengan anak bayi. Kalau anak bayi itu makanan dan asupan gizinya yang lain dipilihin sama orang tuanya. Karena memang bayi mah belum memiliki perhitungan dan daya untuk menentukan mana makanan yang baik dan mana makanan yang buruk.

Beda dengan kita yang sudah dewasa yang diberikan kebebasan berdasarkan kedewasaan kita untuk memilih sesuatu yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan meninggalkan apa saja yang kita yakini sebagai sesuatu yang buruk, jelek, dan salah.

7. Faammaa man uutiya kitaabahu biyamiinih. (Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanan).

Seorang mahasiswa bertanya pada Pak Quraish, "Apakah Allah membutuhkan waktu dalam memberikan 'rapor' (kitab) secara massal kelak di akhirat?"

Pak Quraish menjawab, "Batu jatuh ke bumi akibat tertarik oleh gaya gravitasi itu membutuhkan waktu. Kilat dari langit ke bumi juga membutuhkan waktu tapi lebih sedikit daripada batu. Dan, suara saya sampai ke telinga anda lebih cepat dari pada kilat sampai ke bumi.

Tapi jangan sekali-kali kita samakan Allah dengan makhluk. Laiisa kamitslihii syaiun. Tuhan itu nggak sama dengan apapun yang lain. Tuhan itu berbeda dengan makhluk. Kalau makhluk butuh waktu dan ruang, Tuhan tidak membutuhkan waktu dan ruang. Tuhan juga tidak bisa dibatasi oleh waktu dan ruang."

8. "Fasaufa yuhaasabu hisaabay yasiiroo. (Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah).

Kalau kita ke bandara dan melengkapi diri dengan segala persyaratan yang ditentukan, maka kita akan diperiksa dengan mudah oleh pihak bandara dan penerbangan kita pun bisa terlaksana.

Sama halnya dengan pemeriksaan di akhirat. Kalau kita ke akhirat dan melengkapi diri dengan segala persyaratannya maka kelak di akhirat kita akan mendapatkan pemeriksaan yang mudah, yang nggak ribet, dan nggak neko-neko (hisaabay yasiiroo).

9. Wa yangqolibu ilaa ahlihii masruuroo. (Dan, dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira).

Gambaran orang yang bertemu dengan Tuhan itu ada dua:

Pertama, seperti musafir yang bertemu keluarga. Setiap orang yang mengadakan perjalanan jauh begitu bersua lagi dengan keluarganya pasti kita diliputi hati bahagia dan berbunga-bunga karena bisa berkumpul kembali dengan keluarga.

Ayat di atas, yang menjelaskan bagaimana orang yang menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanan bertemu dengan Tuhannya, sama rasa gembira dan senangnya seperti musafir yang berkumpul kembali dengan keluarganya.

Kedua, orang yg bertemu dengan Tuhannya itu seperti penjahat yang kabur dari penjara. Ketika ia kembali lagi ke penjara maka ia merasa ketakutan & tersiksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar