Sabtu, 22 Agustus 2009

Isra Mi'roj

Ahad, 16 Agustus 2009

Isra Mi'roj

Oleh: Mohamad Istihori

1.
Yang Islami Itu Kampungan?
Saya terkadang bertanya, "Yang benar mana sih, pengajian atau pengkajian?" Kalau mau sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), kata yang memiliki awalan "K", seperti, "kaji", "kurang", atau "kawin" ketika dimasuki awalan pe- dan akhiran -an maka "K"-nya luluh.

Maka kalau kita mau setia dengan aturan yang kita sepakati bersama dalam EYD, kata "kaji" menjadi "pengajian" bukan "pengkajian", "kurang" menjadi "pengurangan", dan "kawin" menjadi "pengawinan".

Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada dosennya, "Loh Pak kok nama lembaga ini pusat pengkajian, bukan pusat pengajian?" Kemudian Pak Dosen yang terhormat itu menjawab, "Kalau kami memberi nama lembaga ini dengan memasukkan kata pusat pengajian itu terdengar sangat islami dan kampungan."

"Oh jadi yang terdengar islami itu kampung iya pak?" sang calon intelektual itu penasaran. Pak Dosen tak menjawab karena katanya dia harus segera menghadiri seminar di kampus sebelah.

2.
Isro Mi'raj
Subhaanalladzii asroo bi'abdihi laylam minal masjidil haroomi ilal masjidil aqsholladzii barooknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwassamii'ul bashiir. (al Isra: 1)

- Subhaana
Yaitu tanziihun (memahasucikan).
Mengapa ayat yang menerangkan peristiwa isra mi'roj ini diawali dengan ungkapan subhaana? Karena tanpa hati suci kita pasti akan menyangkal peristiwa ini.

3.
Tiga Unsur Manusia
Manusia itu kan memiliki tiga unsur. Pertama akal. Kedua hati. Dan, ketiga nafsu. Akal berfungsi untuk berpikir, merencanakan, dan merancang. Hati sebagai alat pertimbangan atau penyeimbang antara akal dengan nafsu sebagai pelaksananya.

Kalau hanya dengan akal kita pasti akan menyangkal peristiwa isro mi'roj. "Alah mana mungkin sih ada perjalanan dalam satu malam dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsho di Palestina. Udah gitu dilanjutin dari Masjidil Aqsho ke Sidrotul Muntaha di langit ketujuh. Kemudian kembali lagi ke bumi di Mekah?"

Oleh karena itu marilah kita senantiasa membersihkan hati dengan cara mengucapkan kalimat tasbih subhaanallah. Dalam wirid setelah sholat kita kerap mewiridkan subhaanallah 33 kali, al hamdulillah 33 kali, dan allahu akbar 33 kali.

Boleh tidak urutan wirid di atas kita bolak-balik? Misalnya al hamdulillah dulu, terus allahu akbar, terakhir baru subhaanallah? Boleh saja. Namun nanti jadinya kurang afdhol.

Subhaanallah itu artinya Maha Suci Allah. Maka pertama kita harus mensucikan Allah. Dalam hidup ini kita kan sering punya prasangka yang tidak-tidak sama Allah. Kadang kita negative thingking, "Allah kok tega banget sih sama saya? Saya udah berusaha untuk setia eh malah ditinggalkan juga. Apa salah kalau saya ini miskin?"

Maka dengan bertasbih mengucap subhaanallah kita sucikan Allah dari prasangka-prasangka buruk kita. Kalau suci pikiran kita dari berprasangka jelek sama Allah maka yang muncul secara otomatis adalah rasa syukur yang diungkapkan dengan lafadz al hamdulillah.

Orang yang pandai bersyukur dengan apa yang dimilikinya saat ini maka otomatis pula dia akan menemukan ketakjuban dan kekaguman atas segala kebesaran, keagungan, serta kemahaan Allah SWT maka spontan ia akan berucap allahu akbar (Allah Maha Besar).

Maka dengan lafadz tasbih subhaana di awal surat al Isra ayat pertama sebenarnya kita sedang kagum akan kebesaran Allah SWT. "Gile Allah hebat banget iya? Gue bener-bener kagum ame kebesaran-Nya termasuk dengan peristiwa Isra Mi'roj itu. Subhaanallah." ujar seorang bapak di samping saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar