Jumat, 28 Agustus 2009

"Night Club Jihad"

Jum'at, 28 Agustus 2009

"Night Club Jihad"

Oleh: Mohamad Istihori

Kiai Jihad kelimpungan, kebingungan, deg-degan, dan jantung berdebar nggak karuan. Bagaimana tidak malam ini, tepatnya tengah malam ini dia merasa telah "dijebak" atau "dijebloskan" oleh temannya yang usil ke sebuah night club di luar kota.

Kebetulan Kiai Jihad kini sedang dapat tugas ke luar kota. Kata temannya yang usil itu, "Kapan lagi bisa ngerjain Kiai Jihad. Kan kami jarang ketemu. Maka mumpung dia masih di sini maka saat ini adalah kesempatan yang tidak boleh terlewatkan." demikian ujar Si Usil dalam hatinya.

Kiai Jihad kaget luar biasa. Begitu memasuki night club tersebut dia terkaget, terkaget, dan terkaget. Di areal hektaran itu dia menyaksikan langsung, dengan kedua mata telanjang, di hadapannya ada ratusan bahkan ribuan wanita telanjang. Benar-benar telanjang. Bugil.

Tak sehelai kain pun menutupi tubuh mereka. Mereka membawa tas, pake topi, pake sepatu, dan aksesoris wanita pada umumnya. Tapi mereka telanjang bulat.

"Kok langsung keluar Pak Kiai? Hehehe." tanya Si Usil sambil senyum-senyum ngeledek.

"Gila ente mau bayar berapa?" ujar Kiai Jihad terengah-engah karena dia lari kencang dari night club tersebut ke rumah Si Usil.

"Oh jadi masalahnya money Pak Kiai?"

"Loh itu kan alasan saat saya nggak punya uang, masih miskin. Nanti kalau memang saya kaya raya, banyak uang maka saya akan mencari alasan dan argumentasi lagi agar saya tidak melakukan hal yang sangat hina itu. Yang pentingkan nggak melakukannya.

Tadi saya langsung saja ngeledek diri saya sendiri dengan berkata, 'Hayo katanya beriman. Coba sekarang saat menghadapi situasi seperti ini kamu kuat nggak? Atau selama ini kamu cuma pintar nulis atau ngomong doang. Padahal ketika dihadapakan oleh godaan toh ternyata kamu nggak kuat-kuat amat, kuman alias kurang iman!'

Demikianlah aku kerap ngejek diriku sendiri ketika dihadapkan pada kenyataan yang menggoda iman."

Lagian kita 'eman-eman' lah. Kita nggak mau bukan ibu, istri, adik, kakak, atau siapapun saudara perempuan kita menjadi "kupu-kupu liar"? Nah kalo emang nggak mau terjadi demikian maka jangan coba-coba untuk sekali-kali "jajan di luar".

Bagi Kiai Jihad hal tersebut tentu saja menjadi momen yang sangat penting bagi ujian keimanannya. Ditambah lagi sekarang sedang bulan Ramadhan. Bulan di mana setiap orang beriman yang terpanggil menahan nafsunya.

Di bulan Ramadhan hanya iman sajalah yang menjadi penguat kita menjalankan puasa. Bisa saja kita berada di rumah yang sepi, tak ada seorang pun yang berada di situ, dan sangat memungkinkan kita untuk makan atau minum.

Namun karena kita yakin ada Allah di hadapan kita, ada Allah di mana pun wajah kita berpaling, ada Allah di mana pun kita hadapkan muka kita, maka kita pasti akan merasa sangat malu kalau kita makan dan minum di siang hari di Bulan Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan oleh ajaran agama.

Sama malunya seperti karyawan yang ketahuan tidur oleh bosnya, seperti pembantu yang lagi malas-malasan di saat jam kerja eh nggak tahunya ketahuan sama majikannya, atau istri atau suami yang ketahuan "jajan di luar" oleh suami atau istrinya.

Kalau sudah begini jadi inget lagu anak negeri, "Malu-malu dong, malu-malu dong kamu ketahuan bohong. Malu, malu, malu, malu dong. Kamu ketahuan bohong." (T2).

Kalau ketahuan bohong sama bos, majikan, istri, suami, anak, guru, atau atasan saja kita merasa sangat malu, masa ketahuan bohong sama Tuhan yang selalu berada di depan mata, kita cuek-cuek aja. Bahkan kita tak merasa berdosa sedikit pun. Bahkan lagi kita ceritakan dengan penuh rasa bangga bahwa kita pernah melakukannya.

Dengan detail dan rinci serta teliti perbuatan tersebut kita paparkan secara lisan atau pun secara tulisan. Kita sebarkan ke suatu situs yang memang dengan sangat welcome memuat pengalaman pribadi kita tersebut, atau kita masukkan ke dalam blog pribadi kita, atau lagi kita masukkan ke note face book kita agar semua teman di FB tahu bahwa kita pernah melakukan perbuatan tersebut.

Dan, Tuhan pun "nyengir" seraya berkata, "Hebat banget iya makhluk-Ku yang satu ini? Apa dia nggak tahu apa kalau Aku selalu menyaksikan perbuatan maksiatnya selama ini. Ah nggak mungkin dia nggak tahu. Dia kan sering ceramah, dia sering nulis komen di FB-nya tentang nilai-nilai kejujuran, dia selalu ikut pengajian, bahkan sampe nangis-nangis kalau ikut zikir nasional atau muhasabah kebangsaan. Tapi kok masih kaya gitu aja iya kelakuannya? Heran Saya?" kata Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar