Kamis, 16 Juli 2009

BT-BT Ah..BT-BT Ah..

Kamis, 160709

BT-BT Ah..BT-BT Ah..

Oleh: Mohamad Istihori

Kegiatan yang berulang menimbulkan kebetean. Aktivitas yang itu-itu saja setiap hari bisa menyebabkan kejenuhan. Program yang kita jalani secara rutin akan melahirkan kebosanan.

Sebagai manusia normal hal itu bisa kita anggap wajar. Namun kebetean, kejenuhan, dan kebosanan tidak boleh berlarut-larut, berkerak, dan berakar.

Manusia harus kreatif dan inovatif untuk mengatasi kejenuhan jiwanya. Salah satu metode yang coba penulis tawarkan di sini adalah bagaimana mengatasi kebetean akibat aktivitas yang berulang-ulang melalui pemaknaan.

Iya! Pemaknaan adalah metode paling ampuh dalam mengatasi kesumpekan kehidupan. Apapun kegiatan yang kita lakukan meski berulang-ulang, kalau kita terus-menerus memaknainya maka kita akan menemukan kenikmatan dari setiap jejak yang kita langkahkan.

Dalam berzikir, misalnya, meski pun kalimat yang kita ucapkan berulang-ulang, seperti kalimat subhanallah, kalau kita mampu memaknai kalimat tasbih tersebut maka kita akan semakin menikmatinya.

Namun sebaliknya, ketika kita tidak mampu menghayati makna kalimat tasbih maka kita akan merasa jenuh untuk kemudian merasa ngantuk dan tertidur.

Kalau kita tidak mampu memaknai rutinitas atau kita tidak mampu memaksimalkan akal (dengan berpikir), diseimbangkan oleh hati (dengan berzikir), dan mengendalikan nafsu (dengan "berpuasa") maka kebetean akan menjadi sesuatu yang tidak bisa terelakkan.

Maka orang-orang zaman sekarang cenderung mencari pelarian dengan mengkonsumsi Naza atau pergi ke tempat-tempat dugem dengan biaya yang sangat mahal untuk sekedar menghilangkan kepenatan mereka.

Ketika kita sudah kehilangan semangat belajar untuk memaknai rutinitas hidup atau semakin kita menggeluti pekerjaan yang sedang kita jalani, setiap hari kita semakin kehilangan makna hidup, semakin terasing, dan semakin tidak mengenal dirinya sendiri, maka kita akan semakin merasa jenuh, menjadi semakin gampang marah, mudah curiga, negative thingking, mudah tersinggung, dan pada puncak kesumpekan hidup orang bisa nekad bunuh diri.

"Lalu bisakah Pak Kiai memaknai hidup saya?" tanya saya kepada Kiai Jihad. Karena kebetulan Kiai jihad kini sedang berada di sini. Jadi langsung saja saya tanyakan masalah ini kepadanya.

"Setiap orang memiliki tugas untuk memaknai dirinya sendiri. Saya, meskipun gurumu, tidak akan mampu memaknai hidupmu. Kamu harus terus-menerus belajar memaknai hidup dengan segala aktivitasmu saat ini sepanjang hidupmu.

Paling-paling yang bisa kita lakukan adalah saling bertukar makna kehidupan untuk saling melengkapi dan mengisi. Bukan malah saling menyalahkan dan menjatuhkan. Dari situlah kita bisa berharap akan tercipta sebuah harmoni." jelas kiai nyentrik itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar