Kamis, 17 Desember 2009

Kalo Belum Bisa Makan Nasi, Makan Bubur Aja Dulu

CBS, Ahad, 131209

Kalo Belum Bisa Makan Nasi, Makan Bubur Aja Dulu

Oleh: Mohamad Istihori

Saya sebenarnya sangat kasihan melihat teman-teman santri Madani Mental Health Care (MMHC) yang sudah pada keluar dari program Transit House (TH) tanpa rekomendasi dari Prof. terlebih dahulu.

Selain itu, dilihat dan dinilai dari perkembangannya selama mengikuti program TH di MMHC pun mereka belum maksimal. Beberapa program mereka ikuti malas-malasan. Bahkan ada beberapa santri TH MMHC yang belum satu kali pun mengikuti salah satu program di MMHC.

Misalnya ketika diajak berjama'ah mereka beralasan sakit pinggang, sakit perut, pusing, nge-drop, pegel, ada yang gerakin, dan berbagai macam alasan lain yang mereka buat-buat sendiri.

Namun tiba-tiba teman-teman kita ini merasa sudah baik-baik saja. Sudah PD banget kalau dia itu pasti bisa menghadapi dunia luar yang "kejam, liar, nakal, dan brutal."

Mereka berpikir mampu seperti itu karena mereka sedang berada di MMHC yang diawasi dan didampingi para konselor 24 jam. Tapi sebenarnya mereka juga sadar bahwa kalau mereka di luar, tanpa ada pihak yang mengawasi mereka belum tentu mampu untuk meninggalkan masa lalunya yang kelam.

Maka saya mulai merasa sudah sangat tidak heran lagi kalau ada santri kambuhan, re-laps, dan kerjaannya cuma bolak-balik MMHC atau berpindah dari satu tempat rehab ke tempat rehab yang lain.

Tinggal di Madani itukan ibarat orang makan bubur. Aturannya masih lembek, banyak toleransinya, dan tidak ada yang macam-macam. Sedangkan kalau mereka sudah di luar itu ibarat makan nasi.

Nasi sudah pasti lebih keras dari bubur. Kalau "makan bubur di Madani" aja mereka belum mampu bagaimana coba keadaan mereka ketika ketemu "nasi" di luar.

Kalau makan bubur aja pencernaan mereka masih belum kuat apalagi kalau dikasih makan nasi ketika mereka sudah keluar dari Madani. Sungguh saya tidak bisa membayangkan betapa pusingnya keluarga mereka melihat musnahnya harapan mereka melihat anggota keluarganya yang tidak kunjung memiliki i'tikad kuat untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar