Selasa, 29 Desember 2009

Konselor Sejati: Mampu "Bermain" di Berbagai Lini

Madani, Sabtu, 26 Desember 2009

Konselor Sejati: Mampu "Bermain" di Berbagai Lini

Oleh: Mohamad Istihori

Pusat rehabilitasi manapun pasti memiliki harapan untuk bisa memiliki konselor-konselor yang mampu "bermain" di berbagai lini. Termasuk Pusat Rehabilitasi Korban NAZA dan Skizofrenia, Madani Mental Health Care (MMHC) metode Prof. Dadang Hawari, psikiater.

Ibarat permainan sepak bola, pemain sepak bola yang dikatakan hebat saat ini bukanlah pemain yang hanya handal di satu lini atau posisi.

Pemain sepak modern saat ini adalah pemain yang siap ditempatkan di posisi mana saja dan di lini apa saja oleh sang pelatih, asalkan memang sesuai dengan kebutuhan tim saat menghadapi lawan.

Namun di saat lain, pelatih pun harus jeli dan mampu berlaku bijak dalam menempatkan para pemainnya. Pelatih harus mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap pemain dalam tim.

Sebagaimana pula sebuah organisasi, yayasan, atau perusahaan harus mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki staf dan jajarannya agar potensi yang mereka miliki tidak terbuang sia-sia begitu saja.

Kesalahan penempatan posisi oleh seorang pelatih terhadap pemain-pemainnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi tim itu sendiri.

Paparan di atas juga bisa kita ilustrasikan dengan bagaimana gambaran atau sosok seorang konselor sejati itu tadi. Konselor itu sangat dituntut untuk bisa memainkan berbagai macam peran.

Dari peran sebagai guru (ustadz), teman, orang tua (kadang sebagai bapak yang memberikan uang jajan, kadang juga sebagai ibu yang harus memberikan perhatian lebih).

Kadang dituntut untuk memainkan peran sebagai orang yang ramah, lembut, dan halus tutur katanya.

Tapi pada kondisi tertentu dia harus memainkan peran sebagai orang yang killer dan juga harus pandai memainkan sindiran sampai kritikan pedas untuk memberikan shock therapy bagi pemikiran irrasional para santrinya.

Konselor sejati bekerja tanpa pamrih.
Konselor sejati beribadah tak kenal letih.
Meski ia harus berjalan tertatih.
Meski kadang juga ia merasa sedih.

Menghadapi kenyataan hidupnya yang semakin perih.

Para santri datang dan pergi.
Membawa keunikan yang penuh variasi.
Sangat asyik untuk dipelajari.
Tapi jangan sekali-kali kau tertawai.

Perkataan dan kelakuan mereka memberi inspirasi.
Kalau bukan karena menjadi konselor di Madani.
Mungkin aku tak akan menemui.
Manusia-manusia luar biasa seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar