Sabtu, 19 Desember 2009

Mencoba Terus Menafsir Makna Hijrah

Cibubur, Ahad,010209

Kumpulan Hikmah Pengajian Bulanan Masjid al Istiqomah.

Pembicara: Ust. Hasyim Musa.

Mencoba Terus Menafsir Makna Hijrah

Setiap muslim harus terus-menerus menafsir makna hijrah. Esensi dan hakikat hijrah memang tidak bisa diubah, namun penafsiran merupakan sesuatu yang mutlak yang harus selalu dilakukan sebagai sebuah proses belajar agar hijrah bisa dipahami oleh siapa saja dengan bahasa yang sederhana dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penafsiran yang berusaha saya lakukan melalui tulisan ini bisa saja berbeda dengan penafsiran yang saya lakukan melalui tulisan saya yang lain ke depan. Hal itu karena penafsiran hijrah bersifat dinamis tidak statis.

Tidak ada yang pernah berubah dalam kehidupan di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Al hayaatu hiyal harokah. Hidup itu adalah perubahan. Tidak ada yang patut dilakukan oleh setiap manusia di dunia kecuali melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

- Penanggalan Hijriyah

Mengapa awal tanggalan kalender hijriyah diambil dari awal Rosul dan para sahabat hijrah? Karena hijrah-lah awal dari tekad, niat, keinginan, kemauan, semangat, dan motivasi tinggi serta kuat untuk berubah dari kejumudan menuju kedinamisan. Dari yang berjalan di tempat menuju maju jauh ke depan.

Kalau awal kalender hijriyah diambil dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad saw, khawatir dan takut terkesan memitoskan Nabi Muhammad secara berlebihan.

Dan, tak ada perubahan dalam hidup manusia kecuali diawali dengan niat, tekad, kemauan, dan motivasi kuat.

- Syahid Hafidz

Mengapa Israel juga membunuh orang-orang sipil? Termasuk anak-anak Palestina yang tak berdosa? Ini sangat patut menjadi The Big Question yang patut kita lontarkan ketika menyaksikan kebiadaban Israel akhir-akhir ini.

Menurut beberapa informasi, hal ini dilakukan Israel karena mereka takut dengan program Palestina yang sedang gencar-gencarnya memprogram anak-anak (sejak usia dini) untuk menghafal al Quran.

"May yuridillahu khoeron yufaqqihu fid diin."
"Barang siapa yang Allah kehendaki atasnya kebaikan. Maka Allah akan memberikannya pemahaman agama."

- Sang Pembicara

Seorang pembicara harus benar-benar menguasai materi atau tentang apa-apa saja yang akan dia bicarakan.

Semua harus diperhatikan agar ketika dia sudah berada dihadapan jama'ahnya dia akan lancar dan menguasai keadaan mad'u-nya.

Oleh karena itu sang pembicara harus betul-betul terlebih dahulu merinci dengan sedetail mungkin apa-apa yang akan dia sampaikan di hadapan para jama'ah.

- Dekat dengan Allah dan Dekat dengan Rakyat

Setiap orang harus memiliki dan menemukan cara mereka masing-masing untuk senantiasa mendekatkan diri dengan Allah.

Dekat dengan Allah itu sangat mudah loh. Beda dengan yang dirasakan oleh para wakil rakyat kita selama musim kampanye. Mereka sangat kesulitan untuk mendekatkan dirinya dengan rakyat.

Iya terang aja merasa kesulitan untuk mendekatkan diri dengan rakyat, lah wong emang pada dasarnya mereka tidak memiliki budaya bergaul dengan rakyat.

Mereka menganggap rakyat itu bawahan mereka dan mereka adalah atasannya. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa yang berlaku secara ilmu adalah bahwa rakyat adalah atasan atau majikan mereka. Dan, mereka adalah wakil, pembantu rumah tangga rakyat yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

- Keunggulan Sedekah

Keunggulan sedekah adalah terletak pada inisiatif kita untuk memberi kepada siapa saja yang memang membutuhkan pertolongan kita tanpa diminta terlebih dahulu. Bukan setelah ada yang meminta.

- Membangun Toleransi Antar Ustadz

Ketika ada ustadz sedang ceramah di hadapan para santri, maka ustadz yang lain hendaknya jangan keluar. Ustadz juga ikut program iya?

Kecuali ada santri yang memang mendadak keluar, iya bolehlah ustadz mendampinginya. Atau mengajaknya kembali pada program yang sedang berlangsung.

Tapi kalau tidak ada apa-apa. Nggak ada angin. Nggak ada hujan, eh ustadz keluar, nyelonong, maka itu patut dipertanyakan.

"Loh kok Ust Anu malah keluar? Lah wong di sini sedang ada program kok!"

Coba sekarang kita sebagai ustadz sedang berbicara, eh tahu-tahu, ustadz yang lain keluar begitu saja tanpa ada alasan yang bisa diterima akal sehat. "Sakiiit hati saya!"

Pasti terlintas dalam benak kita, "Loh-loh kok malah pada keluar sih? Kan program baru dimulai. Ini ustadz gimana sih? Bukan mendukung program malah merobohkannya, acuh tak acuh, dan tak peduli?"

- Resiko Kehidupan

Ketika keyakinan kita terlalu sering bertentangan dengan kenyataan maka lambat laun, menurut salah satu pakar pengobatan alternatif, akan menjadi penyakit. Maka, qullil haqqo walauu kaana murron.

Katakan saja yang hak (yang benar) dengan cara yang baik dan indah. Meski itu terasa pahit. Karena kehidupan adalah kekuatan menanggung resiko hidup.

Ketika kita sudah tidak lagi mampu menerima, mengatasi, dan tidak siap menanggung resiko kehidupan, maka sebenarnya hidup kita adalah kematian.

Dan, mati adalah jalan terbaik bagi siapa saja yang tidak mau menerima resiko hidup. Maka terimalah resiko agar hidup lebih hidup.

Hadapilah resiko dengan senyuman dan tangan terbuka menerima kenyataan sambil terus-menerus kita berusaha mengambil pelajaran darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar