Kamis, 28 Mei 2009

Allah, Ilmu, dan Ulama

Rabu, 270509

Allah, Ilmu, dan Ulama

Oleh: Mohamad Istihori

Dalam surat Fatir ayat 28, Allah berfirman: "Innamaa yakhsyallah min 'ibaadihil 'ulama." Menurut pandangan mayoritas ulama ayat 28 surat Fatir tersebut artinya adalah "Yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama."

Lafadz Allah menjadi "maf'ul bih" (objek) maka dinashabkan. Sedangkan lafadz ulama berposisi sebagai "fi'il" (subjek) maka dirofa'kan. Sehingga ayat di atas kalau diberi baris secara lengkap menjadi: "Innamaa yakhsallaha min 'ibaadihil 'ulamaa_u."

Dari 'irob yang demikian memberikan penjelasan kepada sidang pembaca tentang syarat utama seorang ulama yaitu orang yang takut kepada Allah. Jadi yang pantas disebut ulama itu bukan hanya dilihat legal-formalnya saja, misalnya yang memakai peci, sorban, jilbab, dipanggil pak ustadz atau bu ustadzah, atau yang sering diundang ceramah.

Aku ajak engkau wahai saudara-saudaraku untuk memperluas cakrawala dalam menilai apa saja yang hadir dalam kehidupan kita masing-masing agar tidak menilai keulamaan seseorang karena terpaku pada profesi atau titel yang ia sandang.

Ulama itu bisa berprofesi sebagai seorang dosen, jenderal, sopir, ustadz, budayawan, seniman, atau bahkan politikus sekalipun. Pokoknya asalkan dia "yakhsyallaha" (takut kepada Allah) maka dia layak dipanggil ulama.

Namun ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa ayat tersebut bukan dibaca "Innamaa yakhsyallaha min 'ibaadihil 'ulamaa_u." Tapi dibaca "Innamaa yakhsyallahu min 'ibaadihil 'ulamaa_a."

Pendapat tersebut merofa'kan lafadz Allah karena menjadi "fa'il" (subjek) dan menashabkan lafadz "al-ulamaa" karena menjadi "maf'ul bih" (objek). I'rob yang demikian ini mendatangkan pemahaman bahwa Allah mengagungkan ("yu'adzdzimu") orang-orang yang berilmu (ulama) di antara hamba-hamba-Nya.

Pendapat ini menafsirkan lafadz "yakhsya" (takut) dengan lafadz "yu'adzdzimu" (mengagungkan).

Kedua, bagi mereka ayat ini merupakan dalil dari keutamaan 'alim/'ulama/ahli ilmu daripada 'abid/ahli ibadah. Hanya dengan ilmulah setiap orang mampu memahami dan memaknai ibadah yang dilakukan. Tanpa ilmu ibadah hanya akan menjadi sekedar formalitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar