Selasa, 17 Februari 2009

Ahlan wa Sahlan, Marhaban, dan Salamun 'Alaikum

Ahad, 180109

Ahlan wa Sahlan, Marhaban, dan Salamun 'Alaikum

Salaamun. Qoulam mir robbir rohiim. (Yasin: 58)

Allah begitu memuliakan Ashabul Jannah. Hal ini berdasarkan firman-Nya, salaamun. Sambutan lengkapnya: Salaamun 'Alaikum. Mungkin saja kita lebih akrab menafsirkan redaksi tersebut dengan: "Semoga keselamatan tercurah atas kamu sekalian."

Namun, salaamun 'alaikum, bisa kita tarsirkan sebagai sambutan yang memasrahkan kepada tamu yang datang ke rumah kita. Maka si tamu kita perbolehkan dan persilahkan untuk menikmati segala macam fasilitas yang terdapat di rumah kita.

Tentu saja dibatasi. Hanya saja batasan menjadi bukan lagi menjadi sebuah persoalan karena masing-masing pihak sudah memahami dan mengetahui batasan-batasan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan di rumah tersebut.

Berbeda dengan "ahlan wa sahlan". Sambutan ini kita ucapkan untuk tamu yang sebelumnya kita kenal, baru pertama kali bertemu. Sehingga keakraban belum kental terasa.

Sedangkan "marhaban" adalah sambutan yang kita berikan kepada orang yang sudah kita anggap saudara sendiri. Kita sudah merasa sangat akrab dengan dia. Sehingga kalau dia tidak ada kita sangat merindukan, mengharapkan, dan mendambakan kehadirannya.

"Duh kapan sih si Fulan berkunjung lagi? Kapan ya Fulan datang ke sini?"

Namun yang pasti, sumber dari ketiga sambutan di atas adalah ketulusan untuk menerima siapa saja, tanpa memandang ras, suku, agama, atau golongan. Tanpa ketulusan sebuah sambutan hanya akan menjadi basa-basi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar