Selasa, 17 Februari 2009

Mukmin Shodiq

Selasa, 170209

Mukmin Shodiq

Kehidupan manusia sangat tergantung pada iman yang ada di dalam dirinya dan amal soleh (maslahat) yang ia lakukan sepanjang hidupnya. Semakin kuat keimanan dan amal maslahatnya maka semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah SWT.

Sebaliknya, semakin lemah iman dan semakin madarat perilakunya maka akan semakin lemah juga "sinyal" dan rasa takutnya kepada Sang Pencipta.

Hal inilah yang membuat manusia merasa fine-fine saja ketika ia melakukan dosa dan maksiat. Hal itu karena tidak ada rasa takut kepada Allah dalam dirinya.

Berbeda keadaannya dengan orang yang memiliki keimanan yang benar (mukmin shodiq), dia sangat menjaga dirinya dari perbuatan dosa sekecil apapun. Selain itu, dia juga sangat ikhlas dalam melakukan apapun.

Resiko apa saja yang ia dapat akibat amalnya, dia terima dengan ikhlas dan dia ungkapkan dengan melatih segala kepekaan perasaan yang ia miliki dengan tujuan mereguk pengetahuan dan hikmah dari pengembaraan ke dalam jiwanya itu.

Wa maa umiruu illaa liya'budullaha mukhlisiina lahuddiin. Dan, tidaklah kamu sekalian diperintahkan kecuali agar beribadah dan mengabdikan diri kepada Allah dengan seikhlas-ikhlasnya.

Tentu saja ilmu yang ia dapat bukan sekedar teori. Namun ilmu empiris dan aplikatif.

Dalam kitab an Nashoihuddiniyah terdapat beberapa ciri mukmin shodiq:
1. Beramal sholeh
2. Ikhlas beramal
3. Berharap amalnya diterima Allah SWT
4. Mengharapkan fadilah Allah agar mendapat pahala dari-Nya
5. Meninggalkan dan menjauhi kejelekkan-kejelekkan
6. Takut diuji oleh kejelekkan
7. Takut akan siksa Allah, dan
8. Mengharapkan ampunan dari Allah setelah taubat dan kembali kepada- Nya.

Jadi dia benar-benar menjadikan dirinya sebagai "karyawan Allah". Oleh karena itulah dia hanya mengharap "gaji/upah" yang berasal dari Allah. Variabel seperti ini yang biasa kita sebut rezeki.

Maka tidak salah kalau ada yang mengatakan : "gaji boleh saja dari kantor, tapi kalau rezeki dari Allah."

Kalau tidak demikian sikap dan perilaku hidup kita maka kita akan mendapat predikat al mukhollitiin (orang yang ragu-ragu, tidak memiliki identitas, "abu-abu", dan suka mencampuradukkan antara yang hak dan batil).

Pahamilah sifat-sifat mukmin shodiq tersebut. Setelah paham maka usahakanlah sekuat tenaga agar kita memiliki usaha-usaha konkret untuk mencapai sifat-sifat tersebut.

Jika demikian insya Allah kita akan selamat dan bahagia dunia-akhirat tanpa ukuran kaya, miskin, rakyat, atau pejabat. Yang kita inginkan adalah selamat dunia-akhirat. Perkara kaya, miskin, pejabat, atau rakyat itu hanya tergantung dari bagaimana kita menyikapi hidup saja.

Karena belum tentu orang kaya atau pejabat hidupnya bahagia atau selamat dunia-akhirat. Patokan kebahagiaan yang terutama bukan "kata benda", namun "kata kerja". Maksudnya patokan kebahagiaan seorang mukmin adalah ketika dia sudah diberikan oleh Allah kemudahan dalam hidupnya untuk senantiasa beramal sholeh, mudah diajak berbuat baik, dan bersemangat melakukan amal sholeh.

Sebaliknya, adapun patokan orang yang resah, gundah gulana, celaka, alias tidak bahagia adalah yang oleh Allah tidak dimudahkan kepada mereka beramal sholeh. Mereka diuji dengan amal jelek.

Orang yang dimudahkan untuk berbuat baik maka dia memang diciptakan untuk baik. Sedangkan mereka yang dimudahkan berbuat jelek maka dia diciptakan untuk jelek.

Sekarang kita tinggal introspeksi, evaluasi, hitung-hitung diri, dan muhasabah ke manakah langkah kaki kita mudah digerakkan, lebih mudah dibawa ke manakah diri kita, dan lebih semangat mana yang kita kerjakan: berbuat kebaikan atau keburukan.

Haasibuu qobla an tuhaasabuu. Prediksikanlah dirimu sebelum kau diprediksi.

Orang yang mudah dan selalu bersemangat untuk berbuat baik hal itu berarti juga dia memang diciptakan untuk menjadi penghuni surga. Dan, orang yang sangat mudah melakukan kejelekan dan keburukan berarti dia diciptakan untuk menjadi penghuni neraka. Na'udzubillahi min dzalik.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Allah memiliki dua genggaman. Genggaman pertama berada di kanan dipersiapkan untuk orang yang bahagia yaitu surga. Dan, genggaman yang ada di kiri untuk orang yang celaka yaitu neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar