Selasa, 17 Februari 2009

Emang Enak Jadi Ustadz?

Selasa, 200109

Emang Enak Jadi Ustadz?

Emang enak apa jadi Ustadz? Apa lagi miskin. Tantangan terhebat bagi seorang Ustadz adalah ketika menghadapi orang kaya yang sombong dan tidak beriman. (Lah iya. Masa ada orang sombong dan beriman?)

Si kaya pasti mengolok-olok Pak Ustadz, "Alah ngapain sih lu ceramahin gue. Mendingan lu cari gih pekerjaan yang bisa membuat lu hidup mapan. Biar lu kaya raya kayak gue!"

Hal ini persis sebagaimana yang dialami Rosul dalam berdakwah. Rosul pun kerap menerima olok-olokan, law laa ungzila 'alaihi kanzun.

"Alah ente Muhammad, ngaku-ngaku Rosul segala lagi. Kalau memang benar engkau adalah kekasih Allah, mengapa Tuhanmu itu membuat hidupmu sengasara dan miskin? Mengapa tidak Dia turunkan untukmu sekalian gudang rezeki (kanzun)?" Demikian olok-olokan yang seringkali dilontarkan orang-orang Musyrik kepada Rosul, yang diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat Hud.

Nah inilah di antara tantangan dalam berdakwah. Kepada segenap individu atau lembaga yang sering kali membawa-bawa dakwah dalam setiap harokah atau dalam halaqoh-nya, siapkah kalian menerima resiko dakwah seperti itu?

Kalau belum siap. Apalagi masih ragu, lebih baik mundur. Daripada di kemudian hari kita malah menjadikan dakwah sebagai kedok/topeng untuk memperkaya diri sendiri, golongan, atau keluarga besar dan kecil.

Giliran sengsara kita meninggalkan dakwah dan sempit hati. "Duh mengapa ya saya sudah berdakwah puluhan tahun, kok hidup tetap sengsara dan miskin aja? Apa Tuhan sudah lupa sama jasa-jasa saya selama ini?" Taarikun ba'dho maa yuuhaa ilaika wa dhooikum bihi shodruka.

"Iya kalau Nabi Muhammad dulu bisa menjawab olok-olokkan orang Musyrik dengan, Fa-tuu bi'asyri suarim mitslihi muftaroyaatin wad'uu manistatho'tum ming duunillahi ing kungkum shoodiqiin." Lalu bagaimana kalau kita yang menghadapi situasi demikian? Apa yang akan kita katakan untuk menanggapi olok-olokan mereka? Apa kita harus diam saja?

Diam terkadang memang emas. Tapi berbicara dengan menggunakan rasio dan bahasa yang dipahami mereka tentu saja bisa "mengubah batu menjadi permata".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar