Selasa, 17 Februari 2009

Membaca Karakter Lewat Makanan

Selasa, 100209

Membaca Karakter Lewat Makanan

Kami masyarakat yang sudah biasa dan tidak merasa asing lagi makan dengan jengkol, pete, sayur asem, sayur lodeh, sambel, ikan peda, atau ikan asin.

Jika pada suatu hari, pada momen tertentu kami "dipaksa" untuk makan "makanan luar" seperti hamburger, beef burger, steak, pizza, atau KFC, maka tidak ada perasaan bangga apalagi merasa lebih modern hanya karena makan makanan tersebut.

Hal itu kami jadikan hanya sebagai penghilang rasa penasaran kami, "Bagaimana sih rasanya kuliner bangsa lain? Udah. That's all. Bukan karena ingin dibilang modern atau gaul."

Selain itu, mencicipi masakan bangsa lain bisa menjadi suatu perwujudan toleransi antar bangsa. "Loh kok jauh banget. Bicara masakan malah menyimpang ke masalah toleransi antar bangsa?"

"Loh bisa saja kan. Ketika kita mencicipi masakan khas bangsa lain, nggak ada salahnyakan jika hal itu kita jadikan sebagai sebuah momen memahami karakter atau kepribadian bangsa lain.

Melalui masakan kita bisa mengenal karakter dan kepribadian bangsa lain. Yang patut menjadi pertanyaan sekarang adalah benarkah dengan menyantap makanan suatu daerah atau bangsa kita mampu mengenal karakter mereka?

Saya rasa sedikit-banyak, selera makanan bisa juga mempengaruhi karakter atau kita bisa mengetahui keadaan alam, iklim, dan cuaca di sana. Kita bisa memperkirakan, kalau suatu daerah masakannya cenderung pedas, asin, manis, atau asam kira-kira bagaimana tingkah laku mereka.

Kecuali kita makan suatu masakan hanya sekedar makan. Ya sudah sampai di situlah ilmu kita dalam memandang makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar