Sabtu, 04 April 2009

Dua Dunia

Sabtu, 040409

Dua Dunia

Oleh: Mohamad Istihori

Semplur punya dua sahabat wanita yang berasal dari "dua dunia" yang berbeda.

Sahabat pertama adalah seorang gadis metropolitan, gaul, dan suka berpakaian seksi. Namun ada satu hal yang sangat tidak ia duga yang ia juga baru mengetahui hal tersebut akhir-akhir ini.

Hal yang dimaksud itu adalah bahwa sahabat semplur ini selalu menjaga wudhunya. Kalau dia salaman dengan lawan jenis yang bukan muhrim, ia pura-pura ke WC untuk wudhu.

"Mengapa kamu tidak pakai jilbab aja sekalian?" tanya Semplur.

"Sebenarnya saya pengen banget pake jilbab. Tapi saya merasa belum siap. Saya lebih nyaman 'menyamar' saja seperti ini." ujar wanita itu.

Sahabat wanita kedua yang Semplur kenal adalah wanita 'jilbabers'. Suka ikut pengajian. Aktif hadir di setiap majelis taklim di kampungnya.

Setiap orang yang baru mengenalnya pasti menganggap dia adalah wanita solehah dan baik hatinya.

Ternyata apa hendak dikata. Pakaian panjang itu hanya topeng yang menutupi kebusukannya selama ini. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa dia sebenarnya. Kecuali Semplur.

Semplur pun mengetahui dia siapa yang sebenarnya secara tidak sengaja.

"Ah dasar wanita. Sampai hari ini saya belum bisa benar-benar mengerti mengapa dia melakukan hal itu? Bukankah dia tahu itu perbuatan dosa? Mengapa dia tetap melakukannya?

Mengapa juga dia memakai simbol agama (jilbab panjang) untuk menutupi jati dirinya?" suara hati Semplur keheranan.

Setelah belajar dari dua wanita yang berasal dari dua dunia itulah kemudian Semplur mulai memahami bahwa pakaian seseorang, zaman sekarang, tidak bisa dijadikan sebagai ukuran tingkat keimanan dan pemahaman seseorang terhadap agama yang diyakininya.

Bisa saja cewek "baragajul" cuma fisik dan pakaiannya saja yang seksi namun sebenarnya ia merindukan keislaman hadir seutuhnya dalam kehidupannya.

Namun karena lingkungannya tidak kondusif untuk menerima cahaya kebenaran maka sampai hari ini keinginan itu hanya menjadi sesuatu yang jauh dari jangkauan.

Ada lagi orang yang selama ini kita anggap alim, rajin ngaji, dan sholat ternyata semua itu hanya lipstik belaka. Tidak tergerak hatinya untuk terus-menerus menggali hikmah dari setiap ibadah yang ia lakukan.

Sehingga sholatnya hanya ritual belaka. Tanpa penghayatan mendalam dan tidak mampu menjaganya dari perbuatan-perbuatan maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar