Jumat, 10 April 2009

Pemilu Kok Pesta Demokrasi Sih?

Kamis, 090409

Pemilu Kok Pesta Demokrasi Sih?

Oleh: Mohamad Istihori

Rasa-rasanya saya kurang begitu setuju kalau Pemilu kita sebut sebagai pesta demokrasi. Istilah pesta demokrasi sangat memancing naluri masyarakat awam seperti saya untuk hura-hura dalam mengikuti Pemilu dan kampanyenya.

Maka saya sangat tidak heran kalau yang kemudian disuguhkan, dipersembahkan, digelar, dan dihidangkan oleh segenap partai politik kontestan Pemilu adalah organ tunggal (OT), band, dan penampilan artis-artis ibu kota atau lokal untuk memeriahkan suasana "pesta".

Naluri pesta ini juga memancing dan menyulut hura-hura rakyat yang tidak tahu apa-apa kecuali bersenang-senang di jalan raya sampai perilaku-perilaku anarkis lainnya sebelum, ketika, dan sesudah Pemilu.

"Alah banyak partai dan banyaknya Caleg cuma musingin doang!" ujar salah satu pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 105 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Bagi saya, sebenarnya yang lebih pas bahwa pemilu adalah sebuah ajang pembelajaran demokrasi untuk rakyat. Melalui momen Pemilu, rakyat seharusnya diberikan contoh teladan untuk menerima perbedaan.

Dan, para caleg juga mesti belajar untuk benar-benar mensosialisasikan visi dan misinya ke depan bagi Indonesia. Bukannya malah ngikutin naluri rakyat untuk hura-hura. "Nggak mendidik banget sih!" ujar Mat Semplur.

Selain itu ada salah satu hal yang membuat saya heran, kalau di luar negeri untuk kampanye, caleg itu dibiayai rakyat. Itu karena rakyat memang benar-benar cinta sama wakilnya. Jadi mereka dengan suka rela menggalang dana untuk membiayai kampanye "kekasihnya". Itu baru namanya wakil pilihan rakyat.

Kalau di Indonesia malah sebaliknya. Caleg yang malah jor-joran keluar duit. Sampe jual kilang minyak segala lagi. Bukan rakyat yang membiayai, malah rakyat disuapi sampai dicekoki angpau (amplop).

Maka jangan heran kalau kelak mereka terpilih mereka akan melakukan korupsi berjama'ah dengan sistem yang secanggih mungkin agar tidak tampak seperti korupsi. Yaa.. Minimal kembali modal lah.

Malah kalau bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kalau bisa lagi untuk modal kampanye lagi lima tahun ke depan. Dasar caleg-caleg pada semplur! Kok kerjaannya ngibulin rakyat melulu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar