Jumat, 03 April 2009

Yang Utama Agama

Jumat, 030409

Yang Utama Agama

Oleh: Mohamad Istihori

Rosul bersabda: nikahilah wanita karena empat hal: kecantikan, kekayaan, keturunan, dan agamanya. Maka utamakanlah agamanya.

Siapa sih bo' orang yang tidak mau mendapat jodoh, sebagaimana yang disabdakan Rosul di atas: udah orangnya cantik/ganteng, kaya raya, keturunan orang terhormat atau bisa menghasilkan keturunan, dan soleh(ah) lagi.

Tapi manusia "perfect" kayak gitu 1001 zaman sekarang. Maka dari itulah kemudian Rosul memang sudah memprediksikan jauh-jauh hari, manusia seperti itu akan sangat sulit didapat.

Makanya di penghujung sabda, Rosul menegaskan agar menjadikan kualitas pemahaman beragama seseorang menjadi syarat mutlak.

Mengapa kecantikan/kegantengan tidak bisa dijadikan syarat mutlak?

Karena kecantikan/kegantengan akan luntur dimakan usia. Orang secantik/seganteng apapun kalau sudah berumur akan menjadi lebih mirip dengan orang-orangan sawah.

Cinta dan rumah tangga yang mensyaratmutlakkan keunggulan fisik akan segera luntur seiring munculnya keriputan-keriputan pada fisik yang dulu dipuji-puji bahkan sampai dipuja-puja.

Bagaimana kalau kita mensyaratmutlakkan kekayaan sebagai langkah awal berumah tangga? Iya bagi penganut paham neoliberalis, konsumeris, dan kapitalis itu sah-sah saja.

Tidak ada kesalahan dan cela sedikit pun bagi orang yang memiliki pemikiran dan keyakinan seperti itu.

Rumah tangga mereka akan baik-baik saja selama semua kebutuhan materi dan ekonomi mereka selalu terpenuhi serta tercukupi. Pokoknya apa saja kenikmatan dunia yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan secepat yang mereka butuhkan berapa pun harganya.

Tapi mereka akan kecele. Hidup ini berputar seperti roda pedati. Bisa saja orang yang sangat kaya hari ini menjadi orang yang sangat miskin esok hari. Dan, sebaliknya bisa saja orang yang sangat miskin hari ini menjadi orang terkaya di dunia esok hari.

Maka rumah tangga mereka pasti akan mengalami keguncangan, pertengkaran, pertikaian, air mata, bahkan sampai darah kalau memang tidak sampai berpisah (cerai) seiring dengan merosotnya penghasilan (gaji) suami atau istri (kalau sang istri adalah wanita karir).

Diajak berjuang mempertahankan cinta aja nggak mau, bagaimana mau mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga? Fondasi utama rumah tangga adalah cinta dan agama. Agama dan cinta itu adalah unsur yang senyawa.

Rumah tangga yang diawali dengan mensyaratmutlakkan kekayaan adalah rumah tangga yang terang-terangan menolak hidup sederhana apalagi hidup di bawah garis kemiskinan. Maka mereka tidak memiliki kesiapan mental sama sekali untuk hidup susah.

Maka ketika rumah tangga mereka mengalami krisis finansial maka mereka akan mengalami keguncangan mental atas ketidaksiapannya menghadapi sesuatu yang di luar harapan.

Mengapa kita juga tidak boleh menikahi seseorang hanya karena dia keturunan orang terhormat, anak pejabat, atau generasi dari seorang tokoh masyarakat dan umat yang sangat berkharisma dan dihormati semua orang?

Janganlah menikahi seseorang hanya karena dia anak orang terhormat ("darah biru"). Karena "sebiru-birunya" darah seseorang dia itu sama dihadapan Allah. Jadi dihadapan Allah itu nggak ada bedanya anak seorang kiai dengan anak seorang supir. Yang membedakan seseorang dengan yang lain adalah kualitas takwa.

Kalau kita menikahi seseorang karena garis keturunannya yang bagus maka ketika kita sudah menikah dengannya kita akan selalu menganggap bahwa apa saja yang dia lakukan itu adalah benar, tanpa memiliki keberanian untuk mempertanyakan apalagi mengkritisi perbuatannya yang salah.

Ini karena pada awal menikah kita memiliki anggapan bahwa suami/istri kita memiliki kebenaran mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar dan didiskusikan karena dia anak orang hebat dan terhormat.

Kalau kita mau mengikuti saran, anjuran, sumbangan pemikiran, atau sunah Rosul maka yang harus menjadi syarat mutlak kekasih hidup kita adalah kualitas pemahaman dia atas agama.

Mengapa? Karena agama itu memelihara hati.
Kalau miskin dia tetap memiliki kebahagiaan yang tidak pernah bisa dicapai dan dimiliki orang yang hartanya bertumpuk-tumpuk.

Kalau wajahnya pas-pasan dia akan tetap tampak bersinar. Karena perbuatannya tulus dan ikhlas sehingga tidak pernah merasa kecewa apalagi sampai sakit hati atas masalah hidup yang ia hadapi.

Dengan kualitas pemahaman agama orang yang berasal dari keturunan orang biasa-biasa saja akan lebih mulia dan dikenang sepanjang masa daripada anak pejabat yang kerjaannya korupsi, main judi, dan menjadi pelanggan prostitusi.

Hanya agamalah jaminan masa depan dan keutuhan rumah tangga. Tapi kita jangan heran kalau agama disepelekan, diremehkan, dan tidak menjadi perhitungan utama bagi orang modern dalam mencari jodoh.

Karena mereka pikir agama itu hal nomor dua setelah kecantikan/kegantengan, kekayaan, dan garis keturunan yang bagus. Agama itu urusan nanti yang bisa didiskusikan bersama-sama setelah berkeluarga.

Udah yang penting jodoh kita kalau nggak cantik/ganteng, kaya, iya minimal anak orang terhormat lah.

Agama?

"Agama untuk sementara dicuekin aja dulu. Jangan pernah bawa-bawa agama dan cinta dalam mencari jodoh. Karena itu hanya akan membuat hidup kamu di dunia jadi sengsara." ujar seseorang dengan penuh keyakinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar