Rabu, 22 April 2009

Mulai Sekarang Berpikirlah: "Apa Yang Bisa Saya Berikan, Bukan Apa Yang Bisa Saya Dapatkan!"

Selasa, 210409

Mulai Sekarang Berpikirlah: "Apa yang Bisa Saya Berikan, Bukan Apa Yang Bisa Saya Dapatkan!"

Oleh: Mohamad Istihori

Di setiap pekerjaan, aktivitas, amal, dan kegiatan seorang mukmin diwajibkan membaca lafadz "basmalah": "Bismillahir rahmaan nirrahiim."

"Aku beserta asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Dalam "basmalah", Allah memberikan formula atau rumus kehidupan, bahwa dalam setiap aktivitas kita harus mampu mengaplikasikan asma Maha Pengasih terlebih dahulu baru kemudian Maha Penyayang.

Kalau memang rumus hidup kita adalah "basmalah" maka berilah siapa saja yang bersinggungan dalam hidup kita tanpa menunggu rasa sayang kita datang terhadap seseorang.

Tapi malangnya kita malah membalik rumus "basmalah". Kita tidak semata-mata memberi kepada seseorang kecuali kita sayang sama dia.

Lafadz "basmalah" sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk: berpikir apa yang bisa saya berikan, bukan apa yang bisa saya dapatkan! Rumus ini harus kita terapkan dalam setiap langkah hidup kita seluas-luasnya.

ketika kita mau nyalonin diri jadi Caleg (Calon Legislatif), kalau rumus kita, "bismillahir rahmaan nirrahim", maka pikiran awal ketika kampanye dan pasang gambar di setiap jalan dan pojok gang adalah apa yang bisa kita berikan, bukan apa yang bisa kita dapatkan!

Langkah awal sebuah pernikahan pun demikian, kepada setiap suami saya tanyakan, "Apa niat awal anda melamar seorang wanita adalah apa yang bisa anda berikan kepada istri atau apa yang bisa anda dapatkan dari perempuan ini?"

Pun demikian kepada setiap istri, "Apa niat kita menerima lamaran dari seorang pria adalah apa yang bisa anda berikan kepada suami atau apa yang bisa anda dapatkan dari lelaki ini?"

Kalau niat seorang Caleg mencalonkan diri sebagai wakil rakyat adalah apa yang bisa saya dapatkan dari jabatan saya kelak dan bukan malah berpikir apa yang bisa saya berikan kalau saya menjabat, maka jangan heran kalau ada Caleg gagal pada stres, gila, telanjang keliling kampung sambil teriak-teriak, 'Wahai penduduk kampung X akulah pemimpin kalian!'

Ada juga Caleg yang ketika kampanye memberikan karpet kepada suatu perkumpulan ibu-ibu pengajian. Eh ketika kalah bahkan nggak dapat suara dia malah meminta kembali karpet yang sudah ia berikan tersebut.

Ada lagi Caleg yang ketika kampanye benerin jalan raya atau umum. Eh ketika dia kalah, jalan yang kemaren dia benerin dia rusakin lagi. Itu karena dia berpikir 'apa yang bisa saya dapatkan, bukan apa yang bisa saya berikan'."

Demikian juga seorang suami/istri yang berpikir, 'apa yang bisa saya dapatkan dari suami/istri saya, bukan apa yang bisa saya berikan kepada suami/istri saya.'

Maka berilah apa yang kita miliki dan yang kita bisa semampu kita kepada siapa saja yang memang benar-benar membutuhkan bantuan kita tanpa menunggu datangnya rasa sayang.

Nanti juga dari kita memberikan bantuan itu kan kita akan tahu siapa saja dari orang yang kita beri itu orang memang tahu berterima kasih dan siapa yang tidak.

Nah dari situlah kita baru bisa dan patut menetukan siapa sebenarnya orang yang patut kita sayangi dan siapa yang tidak.

Kacaunya sistem hidup kita dalam keluarga atau negara adalah karena kita membalik rumus Allah dari:
"Bismillahir rahmaan nirrahiim."
menjadi:
"Bismillahir rahiimir rahmaan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar