Selasa, 14 April 2009

Gila Harta, Gila Suara, dan Gila Kuasa

Rabu, 150409

Gila Harta, Gila Suara, dan Gila Kuasa

Oleh: Mohamad Istihori

Fenomena banyaknya Calon Legislatif (Caleg) yang mengalami stes, depresi, bahkan sampai ada yang sampai gila, meninggal dunia, dan mengalami gangguan jiwa lainnya menunjukkan betapa mereka "tergila-gila" untuk meraih kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Mereka telah mengeluarkan banyak uang. Jumlahnya ratusan juta. Ada yang memperolehnya dengan cara pinjam, hutang, jual mobil, rumah, tanah, perhiasan, dan apa saja yang mereka punya.

Mereka memiliki harapan yang sangat besar untuk meraih kekuasaan melalui Pendidikan Demokrasi Pemilu, Kamis, 9 April 2009 kemarin.

Namun apa hendak dikata saudara-saudaraku sidang pembaca, suara yang diharapkan mereka peroleh dengan memberikan materi kepada masyarakat sekitar tidak mereka dapatkan.

Rakyat sekarang sudah memiliki kecerdasannya sendiri dalam menghadapi Pemilu. Rakyat selalu belajar dari pengalaman. Rakyat sudah tidak bisa dibohongi oleh janji-janji palsu dan mulut berbisa para caleg.

Mereka boleh saja menerima apa saja yang diberikan caleg. Tapi ketika berada di bilik suara mereka tetap menggunakan hal pilih sesuai dengan hati dan kecerdasan akal mereka.

Pertanyaan yang patut penulis ajukan melalui tulisan kali ini adalah apa gerangan yang membuat para caleg kita rela mengeluarkan segenap harta dan tenaganya dalam memperoleh suara?

Banyak mereka yang mengalami kelelahan fisik akibat harus kampanye berkeliling dari suatu daerah ke daerah lain? Apakah kelak kalau sudah berkuasa mereka akan berusaha meraih keuntungan sebesar-besarnya karena ketika kampanye sudah banyak yang mereka korbankan?

Atau semua itu ikhlas mereka lakukan semata-mata untuk kepentingan rakyat? Kalau toh niatnya untuk membela kepentingan rakyat, mengapa ketika kalah mereka sampai mengalami gangguan jiwa segala? Kan mengabdi untuk rakyat.

Bukankah tanpa menjadi pejabat kita juga tetap memiliki kesempatan untuk mengabdi kepada rakyat? Malah ketika menjadi orang biasa kita memiliki kesempatan yang lebih besar daripada kalau kita menjadi pejabat.

Dan, keikhlasan serta ketulusan kita pun jadi lebih terjaga karena tidak perlu diliput media. Maka dengan demikian kita nggak perlu menjadi orang gila: gila harta, gila suara, apalagi sampai gila kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar