Jumat, 04 September 2009

"Dinas Gangguan Berpikir (DGB)"

Bali, Sabtu, 5 September 2009

"Dinas Gangguan Berpikir (DGB)"

Oleh: Mohamad Istihori

Indonesia sangat membutuhkan "Dinas Gangguan Berpikir" (DGB) untuk mengikis sedikit demi sedikit kejumudan, kevakuman, dan kesempitan berpikir rakyatnya.

Indonesia adalah surga bagi siapa saja yang tinggal di dalamnya. Mau apa saja ada. Maka jangan heran masyarakatnya menjadi begitu manja, malas berpikir, mudah diadu domba, dan gampang berprasangka buruk.

Maka marilah segera dibentuk DGB. Kalau memang tidak bisa dibentuk secara formal kita tidak perlu khawatir karena secara non formal saya banyak menemui DGB di beberapa daerah yang saya kunjungi.

Di beberapa tempat, meski mereka dicemoohkan, dihina, dianggap nyeleh, dan dianggap ngarang-ngarang namun mereka tidak pernah lelah berijtihad (melakukan perjuangan pemikiran) untuk memberikan pencerahan kepada siapa saja yang masih luas pikirannya dan lapang hatinya.

Namun saking pulesnya bangsa ini tertidur dalam kejumudan berpikir maka mereka dari DGB harus bekerja ekstra keras untuk meruntuhkan plek-plek kevakuman dalam karang akal mereka.

DGB melakukan semua ini dengan ikhlas dan suka rela. Mereka tidak pernah meminta dana kepada pihak mana pun apalagi sampai harus pusing-pusing ngebuat proposal.

Wah kalau nggak ada kenalan mah susah nembusnya buat proposal. Ada beberapa Kiai tetangga saya yang membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 bulan untuk mencairkan dana bantuan yang jumlahnya hanya beberapa juta. Belum lagi dipotong beberapa meja dengan alasan biaya administrasi.

Ada seorang ibu pegawai suatu departemen di negeri ini yang sangat malu tapi juga sangat mau untuk ikut kecipratan dana suatu bantuan. Akhirnya ia berbisik, "Mas tolong nanti uangnya diberikan di rumah saya aja iya."

"Kenapa nggak di sini aja bu?" pancing saya.

"Ah enakan di rumah saya. Kalau uangnya dikasih di sini saya jadi nggak enak sama teman-teman saya." ujar ibu itu setengah berbisik kepada saya.

Akhirnya uang yang berjumlah puluhan juta itu setelah dipotong meja sana-meja sini jumlah cuma tinggal beberapa rupiah saja. Saya pun keluar dari kantor ibu itu sambil mendendangkan lagu Birokrasi Kompleks"-nya Slank, "Kompleks..Birokrasi Kompleks.."

Tapi anehnya banyak pihak yang memaksa DGB untuk menerima bantuan ala kadarnya dari beberapa pihak yang menyadari betapa pentingnya peran DGB dalam hal mencerdaskan masyarakat.

Syukurlah ada juga orang yang peduli dengan DGB. Meski jumlahnya sedikit namun hal itu sama sekali tidak membuat DGB berkecil hati. Karena alasan utama mereka bekerja adalah mencari rizki bukan cari uang. Karena bagi mereka rizki itu lebih luas dari uang. Sedangkan banyak orang menganggap yang namanya rizki hanya uang.

Jadi ketika mereka bekerja dan tidak mendapat banyak uang mereka menganggap kerjanya kurang berkah karena kurang mendatangkan uang. Iya Tuhan betapa kufur nikmatnya kami kepada-Mu. Maka pantas saja azab pedih sangat senang berkunjung ke rumah tangga NKRI kami ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar