Sabtu, 26 September 2009

Tawakal

Cibubur, Jum'at, 25 September 2009

Tawakal

Oleh: Mohamad Istihori

Al Kisah ada seorang anak kecil mengendarai sepeda motor berkeliling kota berboncengan dengan dua adiknya yang masih bayi. Melihat peristiwa mengerikan itu seorang tetangga berkata, "Itu orang tuanya bagaimana sih iya? Masa anak masih kecil gitu disuruh ngeboncengin adik-adiknya yang masih bayi?"

Ketika bertemu Kiai Jihad, aku pun menceritakan peristiwa tersebut termasuk ucapan tetanggaku itu. "Itulah tawakal" komen awal Kiai Jihad tentang peristiwa tersebut.

"Tapi bukankah justru itu membahayakan adik-adiknya yang masih bayi Kiai?" tanya saya.

"Iya itu tergantung tingkat ketawakalan kamu pada Tuhan dan seberapa percayakah kamu pada orang yang mengendarai motor itu. Kalau kamu sendiri masih belum percaya pada orang yang mengendarai kendaraan di mana kamu menjadi penumpangnya jangan tawakal dulu. Kalau kamu sudah percaya baru kamu boleh tawakal."

"Emangnya tawakal itu apa sih Kiai?"

"Tawakal adalah ketika kamu mewakilkan atau menyerahkan semua urusan yang berada di luar kemampuanmu untuk mengatasinya kepada Allah SWT. Maka kita boleh tawakal hanya setelah usaha maksimal kita sebagai manusia. Kalau segala usaha sebagai manusia biasa telah kita upayakan dan jalankan barulah kita boleh tawakal. Jangan apa-apa udah tawakal. Usaha aja belum udah tawakal.

Dalam kasus anak kecil yang ngeboncengin adik-adiknya yang masih bayi itu, mungkin kedua orang tua mereka sudah sangat percaya bahwa anaknya yang masih kecil itu bisa menjaga keselamatan kedua adiknya. Lagian anak kecil zaman sekarang kan sudah pinter-pinter. Kalau diajarin bisa cepet nangkep. Termasuk diajarin keterampilan mengendarai motor. Lagian mana ada sih orang tua yang menghendaki anaknya celaka?

Dan, setelah itu pasti kedua orang tuanya berdo'a kepada Allah semoga mereka semua diselamatkan dalam perjalanan pergi dan pulangnya."

"Tapi bukankah itu sangat berbahaya Kiai?" aku masih penasaran. Maka aku terus mengejar dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin berulang.

"Itu, sebagaimana saya bilang, tergantung dari seberapa tingkat kepercayaan kamu terhadap sang pengendara dan yang lebih penting lagi seberapa mampu kah kamu bertawakal pada Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar