Kamis, 10 September 2009

Puasa oh Puasa

Cibubur, Kamis, 10 September 2009

Puasa oh Puasa

Oleh: Mohamad Istihori

Ada teman yang bilang puasa itu "putuskeun asa". Dengan puasa yang sesungguhnya tidak akan menjadikan manusia merasa "asa panglalingna", "asa panghadena", "asa pangbengharna", "asa panghebatna", alah pokonamah segala asa kesombongan yang bisa saja selalu mengendap di kedalaman jiwa setiap manusia harus diputuskan, dihapuskan, dan dihilangkan sampai ke akar-akarnya sehingga manusia benar-benar merasa kecil di hadapan keagungan Tuhan dan tidak akan pernah pertantang-petenteng dalam pergaulan dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.

Seandainya saja setiap manusia mampu memaksimalkan akalnya untuk berpikir, hatinya untuk berzikir, dan mengendalikan nafsunya untuk distir sehingga ia mampu menjadi drijen yang baik dan bijak terhadap segala keinginan dan kebutuhan hidupnya maka ia akan merasakan betapa nikmatnya puasa. Maka ia akan selalu meminta kepada Tuhan agar puasa itu bukan sekali dalam setahun tapi sepanjang tahun.

Maka ia akan sangat sedih saat memasuki 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan. Tidak seperti manusia lainnya yang sangat berharap puasa segera berakhir agar ia bisa mudik atau agar ia bisa melakukan segala macam perbuatan dosa tanpa merasa bersalah.

Puasa oh puasa. Sebentar lagi secara resmi dan formal akan meninggalkan kita. Dan, tidak ada jaminan sedikit pun bahwa tahun depan kita akan merasakannya lagi. Namun secara nilai, puasa akan berlaku sepanjang hayat bagi orang-orang yang meresapi dan merenungi makna puasa yang sesungguhnya.

Karena sebenarnya perjalanan sepanjang hidup seorang muslim dan mukmin adalah perjalanan hidup orang yang berpuasa. Karena budaya puasa adalah budaya mengendalikan. Sedangkan budaya yang dominan berlaku di tengah-tengah kita sekarang adalah budaya hura-hura, perilaku berpesta, senang-senang, just for fun, ketawa-ketiwi, dan belanja-belanji dengan perhitungan di luar logika ekonominya sendiri sehingga "besar pasak daripada tiang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar