Selasa, 22 September 2009

Ta'aruf Ala Mat Semplur

Cibubur, Senin, 21 September 2009

Ta'aruf Ala Mat Semplur

Oleh: Mohamad Istihori

Sore hari ini sesosok wajah yang berhias jilbab melewati rumah Mat Semplur. Dengan seksama Mat Semplur memperhatikannya. Tanpa disangka, tanpa diduga dengan marah wanita itu berkata, "Heh ngapain lu ngeliatin gue aja?"

Sungguh kaget Mat Semplur dengan kelakuan wanita berjilbab itu. Mat Semplur pun berkata, "Saya memperhatikan anda sama sekali tidak memiliki maksud jahat. Saya melihat anda karena wajah anda begitu asing. Saya hanya ingin mengenali. Dalam hati saya mengatakan ini siapa? Orang dari mana? Saudaranya siapa iya?"

"Emang kamu siapa? Untuk apa kamu bertanya-tanya seperti itu dalam hati?" ujar wanita itu masih dengan pandangan mata dan raut wajah yang membuat eneg bagi siapa saja yang memandangnya.

Karena melihat wanita yang sedang "dihadapinya" kali ini adalah wanita berjilbab, maka Mat Semplur berlaga dan sok-sokan berkata berdalilkan firman Tuhan, "Selain orang asli kampung ini, saya adalah seorang hamba Tuhan. Tuhanlah yang memerintahkan saya untuk lebih mengenal anda."

"Alah sok-sokan lu! Pake bawa-bawa nama Tuhan segala lagi!"

"Loh bukan kah Allah SWT menciptakan manusia di alam dunia ini bersuku-suku, berbangsa-bangsa, ada pria-ada wanita semata-mata li ta'arrofuu, agar kita bisa saling mengenal?"

"Tapi mengenal yang bagaimana?"

"Iya tentu saja perkenalan yang seluas-luasnya. Kita sebagai manusia harus saling mengenal siapa saja tanpa ada yang berhak melarang-larang, membatas-batasi, dan ngatur-ngatur dengan siapa kita bergaul, menjalin persahabatan, jaringan, dan pertemanan.

Itu juga yang namanya cinta ar Rohman, cinta yang universal, cinta kemanusiaan, atau hablum minan naas."

Entah apa kini yang dipikirkan oleh wanita berjilbab itu. Ia pergi meninggalkan Mat Semplur begitu saja. Mat Semplur hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Duh begitu cantiknya wanita itu dengan jilbab yang ia kenakan. Tapi sayangnya yang baru dijilbabin baru kepalanya belum hatinya. Jadi kayak gitu deh kelakuannya." ujar Mat Emplur dalam hatinya melepas kepergian ta'aruf-an universalnya yang sangat singkat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar