Selasa, 01 September 2009

Ustadz Itu Gelar Bukan Profesi

Bali, Rabu, 2 September 2009

Ustadz Itu Gelar Bukan Profesi

Oleh: Mohamad Istihori

Malam ini Kiai Jihad dihujani berbagai macam pertanyaan yang memusingkan kepala tapi sekaligus mengasyikkan bahkan ada beberapa pertanyaan yang lucu dan ngegemesin. Tapi tak semua pertanyaan bisa saya tulis kali ini.

Di antara pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada di antara jama'ah yang bertanya, "Begini Pak Kiai kenapa ada orang yang udah jadi Ustadz kok malah berbuat maksiat? Kemarin di berita dikabarkan ada Ustadz ke gep lagi berduaan ama selingkuhannya di sebuah kamar hotel. Bahkan ada Kiai yang sekaligus Menteri terbukti korupsi? Bagaimana kami memahami ini Pak Kiai?"

Kiai Jihad menjawab, "Yang pertama dan utama yang harus kita semua pahami adalah bahwa Ustadz atau Kiai itu bukan profesi. Ustadz atau Kiai itu adalah gelar bagi siapa saja yang setia terhadap nilai-nilai kebenaran yang berlaku di dalam dirinya apa pun profesinya.

Kedua mereka yang ketahuan selingkuh atau korupsi itu sebenarnya bukan Ustadz, bukan Kiai mereka hanya orang yang kita anggap Ustadz, kita kira Kiai, bisa karena kita yang mengustadz-ustadzkannya, kita mengkiai-kiaikannya atau bisa juga karena dia sendiri yang mengustadz-ustadzkan dirinya sendiri, mengkiai-kiaikan dirinya sendiri sehingga kalau kita tidak memanggilnya Ustadz atau Kiai kita nggak enak banget ama dia atau nggak enak sama orang lain yang selama ini udah duluan manggil dia Kiai atau Ustadz.

Ketiga, maka bisa saja orang yang profesinya supir taksi bisa kita gelari Ustadz atau Kiai karena dia jujurnya minta ampun. Kita bisa juluki pembantu rumah tangga Ustadzah karena tulus hati dan keikhlasannya kebangetan, nggak ketulungan.

Yang kita sangka selama ini Ustadz atau Kiai selama ini sebenarnya cuma tukang ceramah, suka nyiptain atau membawakan lagu religi apalagi di Bulan Ramadhan, cuma suka jadi Imam aja di Masjid kalau taraweh padahal kejujurannya kita sangsikan, ketulusannya masih kita ragukan, dan keikhlasan hatinya masih belum terbukti.

Keempat, maka saya selalu menertawakan kalau ada orang memanggil saya Kiai atau Ustadz. Bahkan diri saya sendiri saya tertawakan. Orang model kayak saya kok dikasih gelar Kiai? Dijulukin Ustadz?

Udah gitu yang ngasih gelar dan julukan manusia lagi. Biarkan malaikat saja yang menilai saya ini Ustadz atau penjahat, saya ini Kiai atau banci."

Para jama'ah tampak diam. Sebagian ada yang melongo sambil mulutnya mangap. Entah mereka diam begitu karena paham atau karena kebingungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar