Sabtu, 26 September 2009

RSK (Rumah Sakit Kumuh)

Ahad, 27 September 2009

RSK (Rumah Sakit Kumuh)

Oleh: Mohamad Istihori

Betapa miris hatiku ketika menjenguk salah satu anggota keluarga yang sakit pagi menjelang siang ini. Begitu memarkirkan motor aku melihat cat tembok RSK (Rumah Sakit Kumuh) itu sudah banyak yang terkelupas.

Melangkah maju ke halaman depannya sampah berserakan di mana-mana. Begitu naik tangga debu berhamburan di setiap tempat. Sesudah sesampainya kami di lantai dua, tempat saudaraku itu dirawat aku melihat ada sampah dan air tergenang di serambi lantai dua.

Aku juga melihat banyak kamar kosong tak berpenghuni. Gambaran dari bahwa masyarakat di sekitar rumah sakit pemerintah ini sudah merasa tidak nyaman lagi kalau ada salah satu anggota keluarga mereka yang sakit harus dirawat di sini.

Disiplin jam besuknya pun tidak kepake. Pada anak tanggga pertama aku lihat ada plang, bahwa jam besuk pagi pukul 09.00-13.00 sedangkan sore pukul 17.00-21.00. Tapi nyatanya pembesuk bisa datang kapan saja semaunya, bisa berkunjung jam berapa saja seenaknya tanpa ada pemberlakuan jam besuk sebagaimana yang sudah dituliskan.

Kalau anda mau bermalam di sini pun di sini tidak ada batasan berapa orang yang boleh tetap tinggal menemani pasien. Seandainya anda membawa orang sekampung pun untuk menemani pasien pasti pihak rumah sakit tetap welcome-welcome saja dan mereka bisa tidur di ranjang kosong mana saja sesuka mereka tanpa ada yang ngelarang-larang.

"Loh inikan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah). Inikan rumah sakitnya pemerintah. Emangnya nggak ada biaya perawatan dari pemerintah setempat atau dari pusat?" tanya saya membuka obrolan.

"Alah paling uangnya ditilep duluan sama oknum!" ujar salah satu saudaraku yang sudah berada di RSK itu sebelum kami datang.

"Iya paling dana dari pusat 100 persen yang turun bener-bener cuma 60 persenan." ujar saudaraku yang lain.

"Abis gimana dulu ada KPK yang ditakutin, sekarang KPK-nya aja kena kasus. Memang negeri ini adalah surga bagi para pelaku korupsi. Jadi susah untuk mengubahnya." lanjutnya lagi.

"Sayang banget iya. Padahal rumah sakit ini sangat besar dan letaknya sangat strategis berada di samping jalan raya." kata Bapakku.

Setelah beberapa jam berada di sana, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke rumah kakakku yang rumahnya tak jauh dari RSK tersebut.

Entah sampai kapan rumah sakit pemerintah itu tetap berjalan, tetap beroperasi. Kalau tetap saja seperti ini keadaannya lama-lama tak ada satu orang pun yang datang berobat ke sana.

Kalau sudah tak ada yang berobat kita tinggal tunggu saja beberapa tahun ke depan, mungkin juga lebaran yang akan datang ketika aku kembali silaturahmi ke rumah kakakku lagi, mungkin rumah sakit itu sudah berubah menjadi mal, supermarket, atau pusat perbelanjaan lain.

Ah semoga saja prediksi hanya sebuah prediksi. Semoga prediksi ini tak akan terjadi. Aku hanya bisa berharap semoga pelayanan dan kebersihan rumah sakit pemerintah itu semakin hari bisa semakin baik. Dana-dana yang ada semoga bisa sampai kepada mereka yang berhak menerimanya tanpa disunat satu persen pun.

Sehingga setiap staf, karyawan, dokter, perawat, sampai office boy bisa bekerja sepenuh hati. Tidak ada satu pihak pun yang bekerja di rumah sakit ini yang merasa dizalimi sehingga mereka bisa bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan kewajiban mereka masing-masing.

Jangan ada lagi ketimpangan sosial di mana satu pihak bekerja mati-matian dan menerima gaji yang tidak mencukupi kebutuhan mereka selama sebulan sedangkan ada pihak lain yang kerjanya cuma ongkang-ongkang kaki doang tapi menerima gaji paling besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar