Rabu, 02 September 2009

THR: Tunjangan Hura-hura

Bali, Rabu, 2 September 2009

THR: Tunjangan Hura-hura

Oleh: Mohamad Istihori

Semakin hari semakin terbukti bahwa puasa kita bukan puasa yang mengendalikan. Puasa kita hanya sebuah budaya menahan sambil diam-diam memendam dendam untuk pada saatnya melampiaskan.

Bolehlah kita tidak makan, minum, dan hubungan badan dari imsak hingga adzan Maghrib dikumandangkan. Tapi perhatikanlah begitu muadzin berkumandang semuanya kita lahap, segalanya kita embat.

Iya nggak jauh beda ketika kita dengan sangat dendamnya melampiaskan kegembiraan ketika hari raya Idul Fitri. Padahal awal bulan Syawal adalah hari pertama di mana kita benar-benar diuji apakah puasa kita benar-benar puasa yang mengendalikan atau puasa budaya ikut-ikutan belaka.

Semangat hura-hura pada Idul Fitri ini kemudian didukung dengan adanya THR. Kita memanjangkan THR dengan Tunjangan Hari Raya. Padahal sebenarnya itu cuma pura-pura saja, hanya permainan bahasa belaka. Yang lebih tepat dan pas, THR itu adalah Tunjangan Hura-hura.

Karena begitu dapat THR (Tunjangan Hura-hura) kita biasanya beli baju baru, sendal baru, sepatu bau eh baru, pokoknya segala baru. Barang siapa yang tidak punya sesuatu yang baru ketika Lebaran maka betapa merasa malunya dia. Kayaknya Lebarannya terasa kurang sempurna dan kurang afdhol kalau nggak pakai baju baru.

Belum lagi pola makan balas dendam kita. Pengendalian pola makan di bulan Ramadhan kita langgar habis-habisan saat memasuki Lebaran. "Sekarang udah nggak puasa lagi Bro. Kita bisa makan sepuasnya kapan saja dan di mana saja." ujar Si Simprul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar