Jumat, 04 September 2009

"Program Islam" dan "CPU Akal"

Bali, Jum'at, 4 September 2009

"Program Islam" dan "CPU Akal"

Oleh: Mohamad Istihori

Pertanyaan-pertanyaan tentang Islam berseliweran, "Katanya Islam itu agama yang cinta damai, masa bisanya cuma ngebom doang. Bom Bali dan Mega Kuningan kan orang Islam yang melakukannya, kenapa sih bisa kayak gitu?"

Lainnya bertanya, "Mengapa kalau bulan Ramadhan orang Islam yang ngemis semakin banyak di jalan-jalan raya?"

Ada lagi yang bertanya sekaligus menyudutkan, "Orang Islam itu kok kesannya kotor, bodoh, terbelakang, dan miskin sih?"

Iya begitulah kalau hidup di daerah yang penduduk Islamnya minoritas. Kita akan mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti di atas yang berasal dari orang Islam itu sendiri atau non-Muslim setempat.

Sengaja saya tidak tulis semua pertanyaan karena selain jumlahnya sangat banyak, juga akan membuat kuping panas. Makanya saya nggak tulis semua.

Menghadapi "bombardiran pertanyaan" seperti itu, apalagi yang bertanya orang non-Muslim biasanya saya pakai perumpamaan misalnya, perumpamaan ini saya dapat dari Emha Ainun Nadjib pada Kenduri Cinta 2009 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, kita umpamakan Islam itu adalah sebuah program dan akal manusia adalah CPU (Central Processor Unit).

Jadi Islam adalah sebuah program dari Allah. Dan, manusia mendapat tugas untuk menginstal program tersebut ke dalam akalnya.

Sekarang program bernama Islam ini kapasitasnya melebihi program buatan manusia semisal Corel Draw, Page Maker, atau Photo Shop, belum lagi tiap program tersebut ada level I, II, atau III-nya. Semakin tinggi levelnya semakin besar juga kapasitas memori yang ia butuhkan.

Program seperti Corel Draw, Page Maker, dan Photo Shop aja minimal CPU-nya Pentium III. Nggak bakalan bisa kita menginstal Corel Draw, misalnya, pada komputer kita yang CPU-nya Pentium I atau II.

Demikian juga dengan Islam. Bagaimana bisa Islam terinstal ke dalam akal manusia-manusia yang akalnya masih setingkat Pentium I atau II. Yang bisa diinstal ke akal mereka cuma program DOS atau WS 6. Makanya kalau pikiran mereka sempit dan hati mereka picik wajarin aja.

Pun demikian sebisa mungkin kita perluas pikiran dan hati mereka agar akal mereka bisa menginstal program yang lebih canggih untuk menghadapi zaman yang masalahnya semakin kompleks.

Maka dari itulah maka setiap orang Islam harus, wajib, mesti, dan kudu terus-menerus mengasah akal mereka, berpikir, bertafakur, merenung, belajar, mengambil hikmah, dan mengajar untuk meningkatkan kualitas akalnya.

Agar tidak salah tafsir dengan ajarannya sendiri. Agar tidak terlalu mudah ngegembar-gemborin semangat Jihad padahal itu hanya untuk kepentingan kelompoknya sendiri atau karena ia sudah tidak punya metode dan cara lain lagi selain sucide bom untuk menumpahkan kekecewaannya terhadap pihak-pihak yang selama ini ia anggap musuh.

Iya mudah-mudahan saja dengan perumpamaan seperti ini semua orang menjadi tidak selalu mengaitkan kemuliaan dan keagungan Islam dengan sempitnya pemikiran orang Islam yang selama ini memang sangat malas belajar dan gampang banget diadu domba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar