Selasa, 24 Maret 2009

"Asbabun Nuzul" Mimpi

Selasa, 240309

"Asbabun Nuzul" Mimpi

Oleh: Mohamad Istihori

Kita sering merasa penasaran, "Eh saya semalem mimpi 'anu', kira-kira apa iya maknanya?"

Sebenarnya yang tahu mimpi kita selain Allah adalah kita sendiri. "Loh kok bisa gitu?"

Iya karena mimpi itu setidaknya ada tiga jenis:

Pertama, mimpi indah. "Asbabun nuzul" mimpi ini bersumber dari segala harapan, cita-cita, angan-angan, obsesi, dan keinginan yang terpendam dalam alam bawah sadar kita, mungkin juga hal itu belum tercapai sampai hari ini, sehingga ia terbawa mimpi.

Kedua, mimpi buruk. (semalam aku mimpi, mimpi buruk sekali...). Mimpi jenis kedua ini berasal dari hal-hal yang sangat kita khawatirkan, yang kita sangat takut kalau hal itu terjadi di kemudian hari, sesuatu yang kita pikir, "Jangan sampe deh terjadi kayak gitu!"

Sehingga saking khawatirnya kita akan hal itu maka ia kemudian tersimpan secara tidak sadar dalam memori kita sehingga terbawa mimpi.

Ketiga, mimpi indah atau mimpi buruk tapi ia sama sekali bukan merupakan hal yang kita harapkan atau yang kita khawatirkan.

Ketika sadar bahwa hal itu hanya mimpi kita juga merasa heran, "Kok bisa mimpi kayak gini iya? Kalau dia mimpi indah kok saya nggak pernah sedikit pun berharap seperti itu? Kalau dia mimpi buruk kok saya nggak pernah tuh merasa khawatir kalau itu terjadi dan menimpa hidup saya? Apa iya maknanya?"

Untuk memahami mimpi jenis ketiga ini perlu, sebelumnya kita harus terbiasa melatih untuk mengungkapkan segala perasaan kita, baik secara lisan, tulisan, maupun tindakan.

Setelah terlatih mengungkapkan perasaan maka kita akan memiliki kepekaan untuk membaca jalan pikiran kita sendiri. Kalau orang sudah bisa memahami pikirannya maka ia akan mengerti apa yang ia harapkan dan ia cemaskan.

Setelah memiliki pengetahuan demikian maka otomatis ia akan bisa membedakan apakah yang muncul dalam mimpinya itu termasuk harapan, kecemasan, atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan harapan dan kecemasannya.

Yang agak membingungkan memang ketika mimpi kita adalah hal yang di luar harapan atau kecemasan kita. Setelah melatih pengungkapan perasaan dan kepekaan, serta "dibumbui dan dicumbui" oleh teori-teori pengetahuan.

Maka yang selanjutnya kita butuhkan untuk membacanya adalah kedekatan kita kepada Allah sebagai Zat Yang Memberi Kita Mimpi. Semakin kita dekat dengan-Nya semakin kita paham kehendak-Nya, termasuk memahami pemberian-Nya berupa mimpi yang Ia selipkan dalam tidur kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar