Minggu, 22 Maret 2009

Meng-"Ar Rohmaan"-kan Cinta "Ar Rohiim"

Sabtu, 210309

Meng-"Ar Rohmaan"-kan Cinta "Ar Rohiim"

"Saya sekali-kali tidak akan mencintai wanita yang mencintai harta saya, ilmu, kedudukan, status sosial, pangkat, jabatan, dan warisan saya.

Saya hanya akan mencintai wanita yang mencintai saya apa adanya. Lahir-batin saya seutuhnya. Bukan yang lainnya." ungkap Stanley.

"Bukan kah justru itu egois?" saya protes.

"Maksudnya?" tanya Stanley kurang mengerti.

"Iya masa kamu maunya pacar kamu aja yang menerima kamu apa adanya dan seutuhnya? Apakah kamu juga sebelumnya, jauh-jauh hari sudah siap menerima dia apa adanya dan seutuhnya?" ujar saya.

"Insya Allah saya akan selalu mencintainya sampai kapan pun. Kalau dia mencintai saya 'satu', maka saya akan mencintai dia 'dua, tiga, empat, sampai bilangan tak terhingga'.

Kalau cintanya pada saya seluas rawa, maka cinta saya pada dia seluas samudera.

Kalau cintanya pada saya seluas samudera, maka cinta saya padanya seluas alam semesta.

Tapi sekali-kali dia mengkhianati saya, menduakan, dan mendustai saya, maka itu saya cukup tahu saja siapa dia yang sebenarnya." ungkap Stanley 'style' yakin.

"Apakah kamu dendam sama dia?" tanya saya mulai penasaran.

"Sebesar apa pun perbuatan dia yang mengecewakan saya maka secuil pun tidak saya izinkan perasaan dendam masuk dalam relung hati saya." kata Stanley.

"Berarti kamu masih tetap mencintai dan bersedia menerimanya kembali?" tanya saya lagi.

"Cinta? Cinta yang bagaimana dulu? Bukan kah Allah saja mengajarkan kepada kita tentang dua macam cinta?"

Inilah yang saya tunggu sejak awal obrolan dari Stanley, ilmu kehidupan, terutama ilmu tentang cinta. Maka saya pun mulai memancingnya dengan umpan pertanyaan, "Dua macam cinta? Apa aja tuh?"

"Pertama, cinta 'ar rohman' yaitu cinta yang meluas, cinta sosial, cinta kita kepada siapa saja, cinta yang universal, cinta kita kepada sesama makhluk Allah. Itulah cinta 'ar rohman'".

Kedua, cinta 'ar rohim' adalah cinta yang khusus, cinta yang kita istimewakan bagi kekasih hati kita.

Kalau sekarang dia sudah tidak lagi mengizinkan saya untuk menjadi cinta 'ar rohim'-nya maka sekarang saya posisikan dia pada maqom cinta 'ar rohman'.

Coba perhatikan dalam 'Bismillahir rahmaanir rahiim', redaksi 'ar rohman' didahulukan daripada redaksi 'ar rohim'.

Bagi orang Indonesia kata ini ditafsirkan ke bahasa sehari-hari mereka dengan ungkapan, 'Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi'.

Cuma susahnya orang Indonesia sering tidak mau belajar memahami dan memaknai dengan sungguh-sungguh kata-kata yang mereka pakai dalam percakapan sehari-hari apalagi pengalaman hidup yang langsung mereka alami.

Mereka anggap semua itu sudah biasa mereka ucapkan dan rasakan. Jadi mereka remehkan begitu saja.

Jadi posisinya kan tetap saling mencintai. Hanya sekarang posisinya yang beda. Mohon jangan izinkan sedikitpun hati kita tercampuri unsur benci terhadap seseorang.

Betapa pun dia telah sangat menyakiti, menghancur-leburkan, dan meluluh-lantahkan hati dan harapan kita.

Justru kita para pecinta harus kasihan sama mereka karena ponten mata pelajaran cinta mereka masih jeblok. Mereka belum mengerti arti kehidupan makanya tidak tahu bagaimana cara mencintai dan dicintai yang sebenarnya."

Stanley terus aja nyerocos di depan saya, padahal jam digital hp saya menunjukkan pukul 03.30 WIB, sambil sesekali menyerumput kopi dan menghisap "Super"-nya secara bergantian.

Saking "khusu'nya" ngomong, Stanley tidak sadar bahwa saya sudah tertidur. Tapi omongan-omongannya yang berbobot itu menjadi hiasan mimpi saya malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar