Selasa, 10 Maret 2009

Keunggulan Menjadi Umat Muhammad saw

Ahad, 080309

Keunggulan Menjadi Umat Muhammad saw

Oleh sebagian golongan peringatan maulid dianggap sebagai perbuatan bid'ah bahkan musyrik. Yang harus "diwanti-wanti" oleh seluruh umat Islam, khususnya yang berada di Indonesia saat ini.

Jangan sampai perbedaan pendapat antara yang pro dengan kontra mengenai peringatan maulid ini menjadi awal perpecahan umat Islam.

Mengapa kita merasa perlu untuk memperingati maulid? Ini adalah sebagai sebuah tanda "tahaduts bin ni'mah" atau sebuah ekspresi kebahagiaan kita atas nikmat yang telah kita terima.

"Nikmat? Nikmat apaan tuh?"

Yaitu nikmatnya menjadi umat Nabi Muhammad.

"Emang apa sih nikmatnya menjadi umat Nabi Muhammad?"

Pertama, umat Nabi Muhammad itu meskipun umurnya relatif pendek tetapi ibadah yang dilakukan sepanjang hidup umat Nabi Muhammad itu ganjarannya bisa lebih berlipat-lipat dari umat Nabi lain. Padahal umat Nabi lain itu umurnya panjang.

Kedua, kenikmatan menjadi umat Nabi Muhammad saw adalah umat yang paling pertama masuk surga.

Maka saya yakin anda semua pasti masuk surga! Amin! Masuk surga semua. Iya tapi lewat neraka dulu. Enak aja mau langsung masuk surga.

"Emang seberapa berkualitas sih amal ibadah kita selama di dunia sehingga begitu yakin bisa langsung masuk surga. Tanpa mampir ke neraka dulu." kelakar Kiai Jihad.
...
Dan Mereka pun Mengakui Kemuliaan Akhlak Rosul

Pertama, Abu Jahal, salah satu orang yang paling menentang dakwah Rosul pun mengakui kemuliaan akhlak Rosul, sampai-sampai ia berkata:

"Laa taquuluu anna muhammadan kadzaabun bal huwa shoodiqun."

"Janganlah kamu sekalian berkata dan menyangka bahwasanya Muhammad itu pembohong, pembual, atau pendusta tetapi dia itu adalah orang yang jujur."

Kedua, kisah tentang pengemis Yahudi buta yang setiap pagi disuapi bubur oleh Rosul. Begitu Rosul meninggal dunia salah satu Khulafaur Rasyidin berusaha menggantikan "tugas" Rosul tersebut.

Begitu Sang Kholifah menyuapi pengemis itu, si pengemis berkata, "Loh kamu bukan orang yang biasa memberi saya buburkan?"

"Iya saya memang bukan orang yang biasa memberi kamu bubur. Kok kamu tahu?" tanya Sang Kholifah.

"Saya merasakan perbedaan yang sangat mencolok antara suapan anda dengan suapan dia. Suapan dia sangat halus dan berperasaan. Siapakah dia gerangan?" pengemis itu tanya balik.

"Dia adalah Muhammad Rosulullah."

Mendengar jawaban tersebut pengemis itu kaget bukan main. Ternyata orang yang lemah-lembut dan berperasaan itu adalah Muhammad yang selama ini ia hina dan olok-olok. Semenjak peristiwa itu ia pun masuk Islam.

Ketiga, kisah mengenai Suroqoh bin Malik. Pada mulanya ia adalah orang yang gila harta, hidupnya hanya untuk mencari materi, materi, dan materi. Namun setelah bertemu Nabi Muhammad maka lupalah ia terhadap obsesi dunianya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar