Kamis, 19 Maret 2009

Tegas dalam Keluwesan dan Luwes dalam Ketegasan

Jumat, 200309

Tegas dalam Keluwesan dan Luwes dalam Ketegasan

Kita harus tegas. Jangan mau dipermainkan gitu aja. Jangan mau digantung. Semua harus jelas status dan identitasnya.

Kambing itu punya kemuliaan karena kambing benar-benar berlaku sebagai kambing. Tidak ada kambing tidak jelas identiasnya dan samar dengan ayam, misalnya.

Sama dengan, kalau identiasnya pacar ya harus setia dong. Apalagi sama tunangan. Apalagi sama suami/istri.

Kalau berniat meninggalkan, menduakan, nggak yakin, masih bimbang, apalagi berniat mengkhianati iya jangan diterima, juga jangan digantung statusnya.

Diterima nggak, karena nggak pernah diberi kepastian. Ditolak juga nggak karena segala harapan kita beri respon yang positif.

Tapi di saat lain kita juga harus bersikap luwes. Jangan kaku apalagi sampai jadi orang yang kolot.

Di sinilah memang tantangan kita untuk selamat dunia-akhirat. Tantangan kita adalah bagaimana memiliki kepekaan dan ketepatan untuk memilih kapan bersikap tegas, kapan bersikap luwes.

Orang yang terlalu tegas itu berwatak batu. Karakter batu itu kalau tidak memecahkan iya dipecahkan.

Tapi orang yang terlalu luwes juga tidak baik. Ia jadi tidak jelas status dan identitasnya. Maka dibutuh ketegasan dalam keluwesan dan di saat lain kita memerlukan keluwesan dalam ketegasan.

Itu hanya bisa kita dapatkan jika kita mau terus-menerus belajar menghikmahi, memandang masalah secara objektif, dan berani mengambil keputusan dengan siap menanggung apa pun resikonya.

Pokoknya sepahit apa pun kenyataan yang kita terima, selama kita masih menjalankan apa yang kita yakini, maka kepahitan itu menjadi surga karena Allah senantiasa menemani hamba-Nya yang sengsara akibat mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran logika Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar