Rabu, 11 Maret 2009

Malu? Yang Proporsional Dong Ah!

Kamis, 120309

Malu? Yang Proporsional Dong Ah!

Masa kita yang berbuat baik malah malu? Sedangkan mereka yang berbuat buruk biasa-biasa aja tuh, "fine-fine" aja menjalankan kebiasaan buruk mereka.

Masa menulis dengan pulpen di atas secarik kertas saat menunggu di tempat umum (pasar) malu?

Masa pake peci terus adik kita berpakaian seksi kita malu ngeboncengin dia? Terus nggak mau menolong dia gitu?

Orang kayak gitu jangan malah dijauhin, putus komunikasi, apalagi nggak menyambung silaturahmi. Orang kayak gitu justru harus dideketin, ditemenin, diajak ngobrol, dialog, dan berdiskusi terus-menerus.

Tiap hari? Emang kenapa itu kan kalo bisa. Lagian dia kan adik kita sendiri yang sudah pasti sering ketemu.

Itu juga bisa menjadi pertanda bahwa kita belum siap menerima perbedaan. Kita yang pake peci harus siap bergaul, bersahabat, dan bersaudara dengan saudara atau adik kita yang suka berpakaian seksi.

Bukan berarti kita setuju dengan pilihan hidupnya itu. Kalau kita mau menasehatinya maka nasehatilah kesalahan dan kekhilafannya. Bukan berati kita musuhin atau kita benci orangnya.

Kalau kita jauhin, dia akan semakin menjadi-jadi. Kalau terus kita deketin namun tidak ada keikhlasan serta kerelaan dalam hati kita untuk membimbingnya maka kita pasti akan merasa sakit hati.

Tapi kalau kita ikhlas dan berlapang dada maka kita akan baik-baik saja. Jangan kita yang malah jadi stres dan depresi. Itu cuma akan terjadi kalau kita sudah kehabisan energi dan akal akibat kita tidak mau menghayati, merenungi, mentafakuri, dan mentadabburi makna serta arti kehidupan.

Kalau keluarga sendiri nggak kena, iya nggak usah kecewa, masih banyak orang lain di luar sana yang mungkin lebih menerima arti perjuangan membela yang benar dan menolak yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar