Kamis, 12 Maret 2009

Filosofi of Spiritual

Kamis, 120309

Filosofi of Spiritual

"Lu serius nggak sih nulis?"

Loh emangnya kenapa Bro?

"Ini nulis kadang pendek banget tulisanlu, kadang panjangnya nggak ketulungan ampe berlembar-lembar. Pake aturan dong dikit!"

Loh siapa yang bilang gua ini penulis. Gua nulis bukan agar orang lain menganggap gua seorang penulis.

Gua ini cuma seorang santri, hanya seorang pembelajar dan materi-materi yang gua tulis selama ini referensi utamanya adalah kehidupan.

Lu tau sendirikan yang namanya kehidupan itu sangat "unpredictible", "min haitsu laa yahtasib", luas, dan sangat multidimensi banget. Jadi dalam tulisan gua nggak pake batesan harus sekian karakter misalnya.

Gua nulis ya udah cuma nulis. Perkara aturan penulisan formal itu mah belakangan. Yang penting orang bisa sedikit-banyak menangkap apa yang gua maksud dari tulisan gua.

Gua juga kadang ceramah, iya udah ceramah aja. Bukan berarti pengen jadi penceramah. Gua ngajar ngaji iya ngajar aja, "that's all, selama orang masih butuh gua dan itu bukan karena gua pengen dipanggil ustadz.

"Terus lu mau jadi apa dong sebenarnya kalo gitu?"

Itu pertanyaan orang yang menganut paham "filosofi of being". Dengan filosofi hidup kayak gitu orang direpotkan oleh status, titel, dan gelar.

Dengan prinsip hidup kayak gitu orang yang ceramah pengen disebut penceramah, orang yang nulis pengen disebut penulis, orang yang ngajar ngaji pengen disebut ustadz atau ustadzah.

"Lalu filosofi apa yang lu pegang?"

Yang gua perjuangkan dalam hidup yang sangat singkat ini adalah "filosofi of spiritual". Dengan model berpikir kayak gini apapun yang kita kerjakan dalam hidup ini kita serahkan semuanya sebagai sebuah pengabdian kita kepada Allah.

"Wa maa umiruu illa liya'budullaha mukhlisiina lahuddiin."

"Dan, tidaklah kamu sekalian diperintah kecuali agar mengabdi kepada agama Allah."

"Wa maa kholaqtul jinna wal ingsa illa liya'buduun."

"Dan, tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka semua mengabdikan dirinya kepada-Ku."

Lukmanul Hakim pun berwasiat kepada anaknya,
"Maata'buduuna mim ba'dii."
"Kalau aku sudah meninggal dunia, kamu akan mengabdi pada siapa nak?"

"Mengabdi pada siapa?" Itulah pertanyaan pokok yang diajukan Lukmanul Hakim kepada anaknya. Itu pertanyaan orang yang memegang prinsip "Filosofi of Spiritual."

Kalau orang tua zaman sekarang:
"Kalau aku sudah meninggal dunia nanti kamu makan apa nak?" Itu pertanyaan penganut paham "Filosofi of Having".

"Kalau aku sudah wafat nanti kamu kerja apa nak?" Itu pertanyaan penggemar fanatik "Filosofi of Doing."

So, manakah filosofi hidup yang kita anut? "Filosofi of Having, Being, Doing, atau Spiritual?"

"It's your rights. It's your own decisions. And soon and soon."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar