Jumat, 27 Maret 2009

Musim "Istri-istri Ngambek" Telah Datang?

Jumat, 270309

Musim "Istri-istri Ngambek" Telah Datang?

Manusia memang kerap "lempar batu sembunyi tangan" setelah melakukan kesalahan? Masa bendungan Situ Gintung jebol dianggap bencana alam?

Air pun tertawa mendengar berita-berita itu, "Loh emangnya dulu ini tempat siapa? Saya," kata air, "hanya menjalankan sunnatullah. Yang namanya kaum kami, yaitu air, kalau berjalan iya dari atas ke bawah.

Sekarang manusia membangun segala sarana dan prasarana mereka tanpa memikirkan tempat berbagai dengan kami."

Empat Macam Hubungan Suami-Istri
Ada empat macam hubungan suami-istri (menurut Emha Ainun Nadjib):
Pertama, hubungan Allah dengan alam semesta. Allah sebagai "suami" dan alam semesta sebagai "istri".

Kedua, pemerintah sebagai suami, rakyat sebagai istri. Rakyat Indonesia adalah gambaran seorang istri yang selalu diberikan janjinya oleh suaminya yang bernama pemerintah. Namun satupun suaminya belum ada yang benar-benar sayang, setia, dan menepati janjinya.

Ketiga, laki-laki sebagai suami, perempuan sebagai istri.

Keempat, manusia sebagai suami, alam sebagai istri.

Manusia adalah suami yang sangat tidak bertanggung jawab terhadap istrinya yang bernama alam. Sebagai suami manusia kerap mempergauli istrinya yang bernama alam. Namun bukan dengan cara yang santun sebagaimana suami yang baik dan bertanggung jawab mempergauli istrinya.

Manusia lebih pas kerap memperkosa alam. Sehingga tidak memperhatikan bahwa alam juga butuh istirahat. Tidak bisa terus-menerus dieksploitasi.

Manusia sebagai suami cuma mau enaknya doang. Habis manis sepah dibuang. Hutan dibabat habis tanpa memikirkan untuk menanamnya kembali.

Tanah diblok kemudian dibangun mal, supermarket, atau rumah penduduk tanpa peduli bahwa di atas bangunan dan gedung-gedung pencakar langit yang mereka dirikan itu dulunya adalah tempat resapan air.

Danau, rawa, sungai, kali, atau situ di pinggiran-pinggiran kota "diurug" untuk kemudian didirikan permukiman mereka. Maka kalau demikian yang harus kita marahi suami yang tak tahu diri yang bernama manusia atau istri yang sedang "ngambek" yang bernama alam?

Dan, kita sebagai suami hampir tak pernah bisa mengambil pelajaran sedikit pun melalui peristiwa "ngambek"nya istri kita sebelumnya. Padahal melalui tsunami Aceh, gempa Jogja, atau banjir tahunan di Jakarta sudah memberikan contoh betapa seramnya wajah istri kita yang bernama alam kalau sedang "ngambek".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar